Pelari lainnya mengaku berlari antara 12 hingga 25 mil dalam satu pekan.
Semua pelari sudah berlari setidaknya selama lima tahun.
Sementara kelompok terakhir adalah mereka yang tak pernah latihan berlari sama sekali.
Untuk mendapat hasil yang akurat, peneliti meminta relawan memakai Akselerometer selama sepekan.
Kemudian tulang belakang mereka diperiksa menggunakan MRI untuk mengukur ukuran dan kecairan cakram. Hasilnya, memang ada perbedaan.
Secara umum, cakram atau bantalan tulang rawan para pelari lebih besar dan berisi banyak cairan dari pada orang yang tidak berlari.
Pemimpin studi dan profesor di Institute for Physical Activity and Nutrition at Deakin University, Daniel Belavy, mengatakan karena ukuran cakram lebih besar dan cairan lebih banyak, para pelari memiliki kesehatan cakram lebih baik dibanding mereka yang tak pernah beraktivitas fisik.
Menariknya, perbedaan jarak lari tidak hampir tidak memiliki arti. Cakram orang-orang yang berlari kurang dari 30 kilometer hampir sama dengan mereka yang termasuk pelari jarak jauh.
Artinya berlari jarak jauh tidak berkontribusi pada bertambah besarnya ukuran cakram, juga tidak berdampak negatif pada kemerosotan cakram.
Untuk mendapatkan bukti yang lebih kuat, para peneliti ingin mengetahui level latihan ideal untuk kesehatan cakram dan mulai menganalisa mendalam akselometer mereka.
Akselometer mengukur pergerakan seperti kekuatan akselerasi atau berapa banyak kekuatan tubuh saat bergerak.
Para peneliti meminta 10 sukarelawan untuk menggunakan treadmill dan hasilnya cukup mengejutkan, bahwa berlari tidak benar-benar diperlukan.