Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Ini Dia Penjelasan Mengenai Tidak Boleh Langsung Berlari Setelah Sembuh dari Covid-19

tantri - Selasa, 22 Maret 2022 | 08:05
Ilustrasi berlari
Pixabay/StockSnap

Ilustrasi berlari

WIKEN.ID - Ketika kamu terkena virus Covid-19 dampaknya akan mempengaruhi kondisi tubuh secara menyeluruh, hal tersebut memicu gangguan paru-paru, jantung, hingga fungsi ginjal.

Walaupun sudah dinyatakan negatif dari Covid-19, penyintas virus ini bisa saja merasakan gejala lanjutan atau biasa disebut long covid, yaitu kekurangan stamina, sesak napas dan kelelahan.

Perlu kamu ketahui ada berbagai macam cara yang bisa dilakukan untuk menurunkan gejala long covid, mulai dari berolahraga sampai menerapkan diet sehat.

Akan tetapi ada studi terbaru yang menemukan bahwa penyitas Covid-19 yang baru pulih lebih baik tidak langsung berolahraga karena dapat meningkatkan risiko cedera.

Dalam studi yang dimuat jurnal Sports Health yang dikutip dari Kompas.com, para peneliti telah melakukan survei pada pelari antara bulan Juli-September 2020.

Diberikan dua pertanyaan utama pada peserta, yaitu apakah mereka pernah terinfeksi Covid-19 dan apakah mereka mengalami luka parah hingga melewatkan aktivitas berlari kurang lebih selama seminggu.

Hampir 2.000 peserta sebanyak 6,3 persen menyatakan pernah terinfeksi Covid-19.

Antara bulan Maret-September 2020, sekitar 30,9 persen pelari adalah penyintas Covid-19 mengalami dampak cedera dibandingkan 21,3 persen pelari yang bebas dari infeksi virus tersebut.

Disimpulkan dari hasil tersebut, pelari yang pernah terinfeksi Covid-19 berisiko mengalami cedera 1,66 kali lipat lebih besar daripada pelari yang tidak terkena virus Covid-19.

Lonjakan cedera

Penulis studi mencatat, data yang ada terkait infeksi dan cedera akibat Covid-19 dilaporkan sendiri oleh para peserta.

Peneliti tidak mengukur kapan infeksi Covid-19 dan cedera dialami peserta, sehingga mereka tidak dapat mengetahui penyebab pasti hal ini.

Namun, penulis studi, Brett Toresdahl dikejutkan oleh temuan studi tersebut. "Saya tidak kaget jika ada perbedaan dalam tingkat cedera antara pelari yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi."

Demikian kata Toresdahl yang bekerja di rumah sakit bedah khusus di New York, AS itu.

"Tetapi saya tidak mengira perbedaan itu akan menjadi besar seperti yang kami temukan."

Mengapa pelari yang terkena Covid-19 lebih rentan mengalami cedera?

"Jika seseorang dinyatakan sehat (tidak terpapar Covid-19), beberapa minggu libur latihan tidak menimbulkan banyak perubahan kondisi bagi sebagian besar pelari," kata Toresdahl.

"Namun, infeksi dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan kebugaran lebih signifikan."

"Covid-19 dapat memicu lebih banyak efek sistemik daripada flu biasa, yang mungkin menjelaskan temuan kami dalam studi ini."

Dalam penelitian tersebut, sekitar 41,4 persen peserta yang terkena Covid-19 melaporkan gejala sedang hingga parah.

"Para pelari ini kemungkinan libur beberapa hari atau minggu dari aktivitas olahraga karena gejala Covid-19 yang dialami," sebut dokter terapis fisik Andrea Myers.

"Tergantung berapa lama mereka berhenti berolahraga, mereka mungkin kehilangan kekuatan, maksimum VO2 (VO2 max), dan atau massa tubuh tanpa lemak."

Seperti diterangkan Myers, pelari dengan Covid-19 yang parah bisa dianggap seperti pasien rumah sakit yang harus beristirahat total.

Banyak studi terdahulu yang memerlihatkan penurunan cepat dan signifikan dalam kebugaran kardiovaskular dan otot akibat beristirahat total (bed rest).

Dalam sebuah studi, VO2 max --indikator untuk mengukur kebugaran aerobik-- individu menurun 17 persen setelah beristirahat total selama 10 hari.

Sejumlah studi lain menunjukkan, istirahat total memicu penurunan VO2 max yang lebih signifikan pada individu dengan tingkat kebugaran yang lebih baik dibandingkan mereka yang kurang bugar.

Berolahraga secara bertahap

Menurut Toresdahl dan Myers, wajar apabila pelari yang kembali berolahraga usai terpapar Covid-19 lebih rentan terhadap cedera.

Penyintas Covid-19 yang berlari setelah dinyatakan sembuh dari virus belum dalam kondisi yang prima.

Kesulitan yang mereka alami selama terinfeksi virus akan menjadi motivasi untuk melakukan latihan yang lebih keras, sehingga risiko cedera semakin meningkat.

Dari temuan studi Toresdahl beserta tim, tidak ada perbedaan mencolok dalam jenis cedera antara pelari yang pernah terinfeksi Covid-19 dan yang tidak.

Temuan itu menunjukkan, faktor utama yang membuat penyintas Covid-19 lebih rentan mengalami cedera adalah penurunan kekuatan aerobik, otot, dan kerangka.

Toresdahl dan Myers juga sepakat, pelari yang pernah terinfeksi virus corona dianjurkan untuk kembali berlari secara bertahap.

Sebuah infografis yang diterbitkan dalam British Journal of Sports Medicine merekomendasikan agar penyintas Covid-19 tidak melanjutkan segala bentuk latihan sampai bebas gejala selama tujuh hari.

Infografis tersebut juga menyarankan untuk melakukan joging ringan tidak lebih dari 15 menit selama satu minggu sebelum meningkatkan durasi dan intensitas latihan.

Tunggu setidaknya dua setengah minggu sejak kita pertama kali merasakan gejala Covid-19, barulah kita dapat kembali berlari seperti biasa.

(*)

Baca Juga: Mimiliki Kaya Akan Manfaat Bagi Kesahatan Tubuh, Begini Tips Berlari Agar Lebih Semangat dan Menyenangkan!

Baca Juga: Sebagai Pelari, Wajib Mengetahui Aturan Lari Jarak 800 Meter

Baca Juga: Inilah Penjelasan Hoaks dari Olahraga Lari Menggunakan Jaket Supaya Kurus

Source :Kompas.com

Editor : Wiken

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x