Namun, penulis studi, Brett Toresdahl dikejutkan oleh temuan studi tersebut. "Saya tidak kaget jika ada perbedaan dalam tingkat cedera antara pelari yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi."
Demikian kata Toresdahl yang bekerja di rumah sakit bedah khusus di New York, AS itu.
"Tetapi saya tidak mengira perbedaan itu akan menjadi besar seperti yang kami temukan."
Mengapa pelari yang terkena Covid-19 lebih rentan mengalami cedera?
"Jika seseorang dinyatakan sehat (tidak terpapar Covid-19), beberapa minggu libur latihan tidak menimbulkan banyak perubahan kondisi bagi sebagian besar pelari," kata Toresdahl.
"Namun, infeksi dapat menyebabkan penurunan kekuatan dan kebugaran lebih signifikan."
"Covid-19 dapat memicu lebih banyak efek sistemik daripada flu biasa, yang mungkin menjelaskan temuan kami dalam studi ini."
Dalam penelitian tersebut, sekitar 41,4 persen peserta yang terkena Covid-19 melaporkan gejala sedang hingga parah.
"Para pelari ini kemungkinan libur beberapa hari atau minggu dari aktivitas olahraga karena gejala Covid-19 yang dialami," sebut dokter terapis fisik Andrea Myers.
"Tergantung berapa lama mereka berhenti berolahraga, mereka mungkin kehilangan kekuatan, maksimum VO2 (VO2 max), dan atau massa tubuh tanpa lemak."
Seperti diterangkan Myers, pelari dengan Covid-19 yang parah bisa dianggap seperti pasien rumah sakit yang harus beristirahat total.
Banyak studi terdahulu yang memerlihatkan penurunan cepat dan signifikan dalam kebugaran kardiovaskular dan otot akibat beristirahat total (bed rest).