WIKEN.ID - Semenjak pandemi Covid-19 olahraga lari sangat banyak diminati masyarakat.
Hal ini dikarenakan olahraga lari sangat mudah dan murah untuk dilakukan sehari-hari, pun bisa dimana saja dan kapan saja.
Akan tetapi, tingginya minat terhadap olahraga lari masih kurang diimbangi dengan pengetahuan kesehatan terkait olahraga ini.
Beredarnya hoaks mengenai olahraga lari di masyarakat membuat informasi kesehatan yang tidak teruji secara medis bisa memnyebabkan masalah serius.
Ada risiko cedera dan yang paling berbahaya bisa terjadi kematian mendadak akibat penanganan yang keliru.
Perlu diperhatikan apa saja hoaks terkait olahraga lari yang beredar di masyarakat yang dikutip dari Intisari.grid.
Lari menggunakan jaket parasut agar kurus
Pernyataan lari menggunakan jaket parasut tidak membuat kurus.
Demikian ditegaskan Ketua pelaksana ajang lari keluarga besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), KedokteRAN 2019, dr. Jack Pradono Handojo, MHA yang dikutip dari intisari.grid.id.
Dia menyebut, sepanas-panasnya suhu ketika mengenakan jaket parasut, menurut dia, tidak akan mencapai 100 derajat celcius.
Suhu maksimal dengan metode itu hanya berkisar 38-39 derajat Celcius. Nah, suhu tersebut tidak cukup untuk meluruhkan lemak.
Kondisi yang terjadi ketika kita memaksakan lari menggunakan jaket parasut adalah proses penguapan yang terhambat, dan membuat badan mengalami overheat.
Carbo-loading
Menurut Jack, banyak orang yang akan mengikuti half marathon (HM) dan full marathon (FM) ingin kuat berlari lama.
Lalu, sebelum perlombaan mereka mengonsumsi karbohidrat dalam jumlah besar. Beberapa karbohidrat yang biasa dikonsumsi antara lain kentang, nasi, spaghetti, dan lainnya.
Padahal, untuk pelari jarak 5-10km, hal tersebut tidak bermanfaat. "Malah kontraproduktif. Karena kalau sudah selesai lari bukannya kurus malah gemuk," ucapnya.
Mengurangi minum selama lari karena takut ke toilet
Hoaks terkait lari lain adalah tidak minum selama lari, karena malas ke toilet di tengah sesi lari.
Padahal, minum sangat diperlukan untuk mengembalikan cairan tubuh yang hilang melalui keringat.
Bahkan, ketika mengikuti ajang lari disarankan membagi strategi hidrasi menjadi tiga. Pertama, sebelum ajang lari sekitar 240-300 ml. Kedua, di sela lari setiap 15 menit sekali.
Namun, usahakan minum perlahan, dan tidak terlalu banyak agar perut tidak kembung.
"Disarankan, di setiap water station minum dan tidak menunggu haus karena kalau sudah haus berarti tubuh sudah dehidrasi," kata dia.
Ketiga, setelah ajang lari. Biasanya, peserta diberi botol minum ukuran 600ml setelah menyelesaikan perlombaan.
"Biasanya dihabiskan untuk mengembalikan (cairan yang hilang) pasca-event," tutur Jack.
(*)
Baca Juga: Jangan Lagi Salah! Ketahui Olahraga Lari Lebih Baik di Outdoor daripada Indoor, Ya?
Baca Juga: Sering Alami Kram Saat Sedang Olahraga Berlari? Simak Tips Berikut Ini Untuk Cara Mengatasinya!