Pada prinsipnya, mereka setuju untuk mendapatkan vaksin Covid-19 melalui fasilitas Covax untuk populasi mereka.
"Kami memiliki, saat ini, 76 negara berpenghasilan menengah ke atas dan negara berpenghasilan tinggi yang telah memberikan konfirmasi untuk berpartisipasi - dan kami berharap jumlah itu terus meningkat," kata Berkley kepada Reuters dalam sebuah wawancara.
“Ini kabar baik. Ini menunjukkan bahwa fasilitas COVAX terbuka untuk bisnis dan menarik minat di seluruh dunia seperti yang kami harapkan,” katanya seperti yang dikutip Reuters.
Berkey menambahkan, saat ini, koordinator COVAX sedang dalam pembicaraan dengan China tentang kemungkinan negara itu untuk bergabung.
"Kami melakukan diskusi kemarin dengan pemerintah (China)," kata Berkley. "Kami belum memiliki kesepakatan yang ditandatangani dengan mereka, tetapi Beijing telah memberikan sinyal positif," tambahnya.
COVAX dipimpin bersama oleh GAVI, WHO dan Koalisi untuk Inovasi Kesiapsiagaan Epidemi (CEPI), dan dirancang untuk mencegah pemerintah nasional menimbun vaksin Covid-19 dan fokus pada vaksinasi pertama orang-orang yang paling berisiko tinggi di setiap negara.
Para pendukungnya mengatakan bahwa strategi ini harus mengarah pada biaya vaksin yang lebih rendah untuk semua orang dan lebih cepat mengakhiri pandemi yang telah merenggut sekitar 860.000 nyawa secara global.
Negara-negara kaya yang bergabung dengan COVAX akan membiayai pembelian vaksin dari anggaran nasional mereka, dan akan bermitra dengan 92 negara miskin yang didukung melalui sumbangan sukarela untuk memastikan vaksin dikirimkan secara adil.
Negara-negara kaya yang berpartisipasi juga bebas untuk mendapatkan vaksin melalui kesepakatan bilateral dan rencana lainnya.