Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Jadi Saksi Seluruh Anggota Keluarganya Dibunuh, Pria Ini Diculik dan Jadi Tontonan di Kebun Binatang, Akhir Hidupnya Tragis

Agnes - Selasa, 01 September 2020 | 17:20
Ota Benga

Ota Benga

Jadi saksi seluruh anggota keluarganya dibunuh, pria ini diculik dan jadi tontonan di kebun binatang, akhir hidupnya tragis

WIKEN.ID-Kebun binatang identik dengan beragam jenis binatang, terutama binatang-binatang langka.

Seperti singa, harimau, badak dan sebagainya.

Namun ternyata, pada zaman dahulu manusia menjadi salah satu atraksi di kebun binatang.

Salah satunya terjadi pada manusia kulit hitam yang dipandang rendah oleh kulit putih.

Mereka diambil dari negaranya secara paksa, dimasukkan kandang dan dipertontonkan layaknya binatang.

Baca Juga: Kesal dengan Tingkah Kekasih Atta Halilintar, Selebgram Ini Nekat Maki-maki Bahkan Menjambak Rambut Aurel Hermansyah

Satu kisah paling tragis dialami oleh Ota Benga.

Keluarganya dibunuh, dia dibawa sebagai budak, dan tinggal di Kebun Binatang Bronx bersama seekor monyet untuk dipamerkan.

Dilansir TribunTravel.com dari laman all-that-is-interesting.com, Kisah Benga berawal di Kongo.

Saat itu, negaranya masih merupakan tanah kosong.

Hutan lebat dan sungainya masih belum tereksplorasi dengan baik.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Nicholas Sean Ungkap Kejadian Mengejutkan di Rumah Warisan Ahok, Hingga Membuatnya Panik: Papa akan Membunuhku!

Sampai kemudian pada abad ke 19, Raja Leopold II asal Belgia mengambil alihnya.

Dia menugaskan serangkaian ekspedisi ke wilayah tersebut, untuk memetakan medan dan menentukan apakah tempat itu layak dihuni atau tidak.

Selama di bawah administrasi Raja Leopold, penduduk lokal Kongo diperlakukan dengan kejam.

Mereka menerima hukuman cambuk, amputasi, kerja paksa, dan pembunuhan massal.

Baca Juga: Sebelum Nikahi Salmafina, Atta Halilintar Rupanya Sempat Cium Gelagat Nggak Beres Taqy Malik: Jangan Sama yang Itu!

Perkiraan menyebutkan jika lebih dari 10 juta penduduk Kongo tewas dibawah pemerintahan Leopold.

Masa kolonial itulah yang menjadi awal dari kesengsaraan hidup Benga.

Dia menyaksikan sendiri bagaimana keluarganya yang berjumlah 20 orang dibantai oleh pihak militer.

Benga yang selamat dari pembantaian itu, dibawa oleh pedagang untuk dijadikan budak.

Dia dipaksa keluar dari hutan dan dipaksa bekerja sebagai buruh di sebuah pertanian.

Baca Juga: Ramai Isu Penghapusan Premium dan Pertalite, Bos Pertamina Akhirnya Angkat Suara

Sampai kemudian pada 1904, seorang pengusaha dan penjelajah amatir Samuel Verber menemukannya.

Saat itu, Verner dikirim ke Kongo untuk sebuah ekspedisi pembuatan pameran untuk St Louis tentang penduduk asli.

Pekerjaan Verner adalah menemukan beberapa orang Afrika yang dianggap penting dalam evolusi manusia.

Baca Juga: Cinta Bersemi di Waterboom, Bocah 9 Tahun Mantap Nikahi Gadis Pujaannya yang Baru Berusia 14 Tahun, Kisahnya Sempat Viral

Dia melihat Benga yang memiliki bentuk fisik serupa yang dicari.

Verner tahu dia memliki apa yang dibutuhkan dan kemudian membeli Benga seharga satu pon garam dan selembar kain.

Segera, Benga beserta tawanan Afrika lainnya dibawa ke St Louis untuk ambil bagian dalam pameran.

Baca Juga: Geram Gegara Ayu Ting Ting yang Melulu Dianggap Duri dalam Rumah Tangga Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Umi Kalsum Beri Sindiran Menohok: Makanya Jaga Suami Anda!

Pameran manusia itu berhasil dan menarik perhatian banyak orang kulit putih.

Kemudian pada 1906, Benga dipindahkan ke American Museum of Natural History untuk dipamerkan.

Di sana, dia langsung menarik perhatian pengunjung.

Setelah itu, Benga juga menjadi bagian dari pameran New York Antropologi Society tentang evolusi manusia.

Baca Juga: Bantuan BLT Pemerintah untuk UMKM Sebesar Rp 2,4 Juta Dsalurkan melalui 3 bank. Ini Solusi Jika tak Punya Rekening

Kemudian seorang pendeta lokal terkejut karena ada manusia yang dipamerkan layaknya binatang dan menuntut pembebasan.

Sang pendeta memaksa gubernur setempat melepaskan Benga.

Akhinya Benga berhasil dibebaskan, kemudian tinggal di panti asuhan.

Saat itu, keinginannya hanya satu, yakni bisa pulang ke Afrika.

Sayang karena pecahnya Perang Dunia I, membuatnya harus tetap berada di Amerika.

Benga merasa putus asa dan akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.(*)

Editor : Wiken

Baca Lainnya





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x