WIKEN.ID -Virus Corona semakin hari semakin merebak di Indonesia.
Berbagai cara pun telah dilakukan pemerintah untuk memutus rantai penyebarannya.
Mulai dari physical distancing, pembatasan sosial berskala besar (PSBB), hingga yang terbaru larangan masyarakat untuk mudik.
Kebijakan-kebijakan tersebut dibuat untuk mencegah penyebaran virus corona agar tak semakin meluas.
Namun, kebijakan tersebut ternyata masih disepelekan hingga masih ada yang nekat untuk kembali ke kampung halaman.
Melihat masih adanya kenekatan yang dilakukan beberapa orang tersebut, Kepala Desa di Desa Sepat, Masaran, Sragen ini pun punya inisiatif yang unik.
Warga yang nekat untuk pulang kampung itupun dikarantina di tempat yang tak biasa.
Bagi masyarakat yang nekat datang ke desa tersebut menurut kepala desa akan dikarantina di sebuah rumah yang disebut-sebut angker.
kebijakan tersebut dibuat lantaran kegeraman dari kepala desa yang telah memberikan kelonggaran pada pendatang untuk melakukan karantina mandiri di rumah masing-masing.
Tapi ternyata masih ada warga yang belum selesai karantina mandiri selama 14 hari nekat kluyuran.
Dikutip dari Kompas.com, membuat Kepala Desa, Mulyono, merealisasikan karantina di dalam rumah angker.
"Niat kita membuat rumah hantu ini adalah untuk karantina bagi pemudik yang bandel menjalani karantina mandiri di rumah," katanya saat dihubungi Kompas.com, Sabtu (25/4/2020).
Mulyono mengatakan, sudah ada tiga warga desa tersebut yang telah dikarantina di rumah kosong itu.
Kabarnya, ketiga warganya yang dikarantina di rumah angker tersebut sudah dua hari berada di rumah tersebut dan menangis.
Ketiga warga tersebut mengaku ketakutan selama beberapa hari berada di rumah kosong tersebut.
Mereka pun sering mengalami kejadia-kejadian aneh, salah satunya sering didatangi bayangan aneh.
"Dua hari mereka nangis-nangis terus. Tiap malam malam katanya didatangi dan dibayang-bayangi hantu di rumah hantu," kata Mulyono.
Tak betah berada di rumah angker tersebut, ketiga pemudik itu merengek meminta untuk dipulangkan ke rumah masing-masing.
Tetapi dengan catatan, orang tua dari ketiga warga tersebut berjanji dan bersedia untuk mengawasi anak-anaknya selama karantina mandiri di rumah.
"Orangtuanya setuju untuk membantu dan mengawasi anaknya karantina mandiri di rumah akhirnya kita lepaskan dari rumah hantu," ujar dia.
Adapun rumah hantu yang digunakan untuk tempat karantina itu sebelumnya adalah gudang tas.
Sudah 10 tahun gudang tersebut dibiarkan kosong.
Mulyono berharap dengan adanya kejadian tersebut tidak ada lagi masyarakat yang bandel ketika dimintai melakukan karantina mandiri.
Pemudik yang baru pulang mudik dari perantauan diharapkan bisa menjalani karantina mandiri di rumah masing-masing selama 14 hari dengan tertib. (*)