WIKEN.ID - Hukuman adalah sesuatu yang tak aneh ditemukan di sekolah.
Seorang guru biasa menggunakannya untuk membuat siswa taat pada aturan yang berlaku.
Namun, terkadang beberapa hukuman yang diberlakukan justru tak masuk akal.
Bukannya mendidik, hukuman yang diberikan tak jarang malah membuat siswa tersiksa.
Inilah yang terjadi di sekolah yang berada di Kinabalu, sebuah kota di Malaysia.
Menurut Sin Chew Daily, seorang guru menghukum siswanya yang tak mengerjakan pekerjaan rumah dengan hukuman yang tak masuk akal.
Mengetahui siswa laki-laki itu tidak mengerjakan pekerjaan rumah mata pelajaran matematika, sang guru geram.
Ia kemudian menstaples telinga siswa tersebut sebagai hukuman atas ketidaktaatannya menjalankan tugas sekolah.
Guru tersebut berpikir itu akan menjadi hukuman yang pantas untuk menjepit daun telinga.
Kasus ini mencuat ke publik setelah orangtua siswa mengajukan laporan ke polisi.
Mereka tidak terima anaknya dihukum dengan cara yang tak masuk akal dan cenderung menyakitkan.
Dilansir World of Buzz, kasus ini sedang diselidiki berdasarkan pasal yang mengatur tentang tindakan yang menyebabkan cedera dengan senjata atau alat berbahaya.
Menteri Pendidikan Malaysia, Dr. Maszlee bin Mali, mengatakan bahwa ia sedang menunggu laporan investigasi dari Biro Pendidikan Negara Bagian Sabah.
Baca Juga: Lagi, Video Viral Siswa SMP Mendapatkan Kekerasan Berupa Tendangan dari Wanita Berkerudung yang Diduga GurunyaMenteri Pendidikan dan Inovasi Negara Sabah, YB Datuk Dr Yusof B. Yacob, juga mengatakan dia belum menerima laporan terperinci tentang insiden tersebut.
Tetapi ia sangat percaya bahwa penggunaan staples dalam insiden ini tidak dapat diterima.
Dia menambahkan bahwa metode hukuman yang digunakan dapat mempengaruhi perkembangan psikologis anak-anak.
Hukuman fisik di sekolah juga pernah diterapkan di negara bagian Georgia, Amerika Serikat.
Sekolah tersebut meminta izin orangtua siswa untuk memukul anak mereka menggunakan penggaris kayu jika anaknya terbukti bersalah.
Seperti yang diberitakan New York Post, sekitar sepertiga dari 100 orang tua mengizinkan pihak sekolah untuk memukul siswa dengan tongkat atau papan kayu. (*)