WIKEN.ID - Banyak orang memilki cita-cita yang tinggi seperti yang dimiliki oleh Chaerul
Sejak lama dia memimpikan alat transportasi udara.
Delapan belas tahun lalu, atau tahun 2002, pria asal Pinrang, Sulawesi Selatan, yang bernama mencoba membuat helikopter dan gagal terbang.
Chaerul pun pantang menyerah dengan terus bermimpi untuk terbang.
Ia ingin membuat pesawat karena penasaran rasanya terbang naik pesawat kerana ia elum pernah menaiki pesawat terbang.
Pada bulan September 2019, Chaerul kembali merancang pesawat terbang dari barang bekas.
Sayap pesawat dibuat dari parasut bekas yang biasanya dijadikan penutup mobil, sedangkan mesin pesawat ia buat dari mesin motor Kawasaki Ninja RR 150 CC.
Ia menghabiskan dana sekitar Rp 23 juta dengan perincian Rp 8 juta untuk badan pesawat dan Rp 15 juta untuk membeli mesin motor.
Uji coba pertama dilakukan pada 29 November 2019, tetapi pesawat tersebut gagal terbang.
Tak putus asa, Chaerul dan dua karyawan bengkelnya, Muh Yusuf dan Wawan, kembali memperbaiki pesawat rakitannya.
Mereka bertiga lebih banyak mengerjakan pesawat rakitan pada malam hari.
Saat siang, mereka menggarap pesanan motor trail pengangkut gabah.
Selama merakit pesawat, Chaerul didampingi mantan penerjun Kopassus Kapten Halid yang memiliki pengetahuan tentang pesawat jenis ultralight.
Tanpa perlu mengenyam pendidikan sebagai penerbang dan tak punya surat linsensi pilot, Haerul bisa mengemudikan pesawat udara, walau hanya hitungan menit saja
Pesawat karya Haerul tak langsung bisa terbang saat selesai dirakit.
Pada Minggu (1/12/2019), dia sempat melakukan uji coba terbang di Lapangan Malimpung, Kecamatan Patang Panua, namun gagal.
Setelah itu, dia melakukan perbaikan komponen pesawat hingga akhirnya bisa terbang selang sebulan kemudian.
"Setelah melakukan beberapa perbaikan dan perubahan posisi mesin, akhirnya pesawat saya bisa terbang," kata Haerul.
Tepuk tangan dan sorakan dari puluhan warga yang menyaksikan mengiringi Haerul saat sukses melakukan uji coba terbang di pantai di Langga, Kelurahan Pallameang, Kecamatan Mattiro Sompe, Pinrang, Sulsel, Rabu (15/1/2020).
Baca Juga: Fakta Terbaru Kopilot Maskapai Lion Air Meninggal Dunia di Hotel, Terkait Riwayat Kesehatannya
Chaerul memilih pasir pantai sebagai landasan pacu (runway) dan terbang di atas laut di ketinggian sekitar 20 meter.
"Pesawat dicoba terbang dengan landasan pasir pantai. Saya terbang dengan perasaan waswas dan juga senang," ujar Chaerul.
Berdasarkan video yang beredar, saat uji coba terbang dilakukan Chaerul, angin bertiup kencang.
Bupati Pinrang Andi Irwan Hamid mengatakan, karya Haerul patut dibanggakan dan diberi apresiasi.
"Tentu kami patut berbangga, karena ada putra daerah yang mampu melakulan hal yang luar biasa itu (menerbangkan pesawat)," ucapnya yang dikutip dari Tribun Timur.
"Apa yang dilakukan Haerul bukanlah hal mudah. Butuh kemampuan khusus untuk itu. Oleh karenanya, kami sangat memberi apresiasi."
Hanya saja, tetap dibutuhkan pengujian dari pihak yang ahli di bidangnya untuk mendeteksi kelayakan pesawat tersebut, baik dari segi kemampuan terbangnya, ketahanannya, mesinya, dan sebagainya.
"Kalau untuk kebutuhan profesionalitas jangka panjang, uji kelayakan dari orang yang ahli tentu dibutuhkan," kata Andi Irwan Hamid.
Namun, tegasnya, apresiasi dari pemerintah Kabupaten Pinrang tetap ada untuk Haerul.Baca Juga: Lagi Naik Daun, Ustad Abdul Somad Klarifikasi Masalah Tarif Ceramah Hingga Permintaan Pesawat Kelas Eksekutif
Sebelumnya, Pungki Sasando (23), pemuda asal Desa Gagaksipat RT 003/ RW 004, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, merancang sendiri pesawat remot control (RC) jenis aeromodelling.
Pungki telah belajar tentang bagaimana cara membuat pesawat aeromodelling tersebut sejak 2011.
Namun, ia mulai berani mengaplikasikan ilmunya dengan membuat pesawat sejak akhir tahun 2017.
Pungki menceritakan, pembuatan pesawat itu bermula saat dia membaca buku prakarya tutorial cara membuat pesawat di perpustakaan sekolah.
Saat itu Pungki masih duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar (SD) Gagaksipat 1 Boyolali.
Proses pembuatan pesawat ini tidak dia lakukan sendiri. Pungkin dibantu dengan temannya, Deni Kurniawan.
Ada tiga model pesawat berhasil dibuat Pungki, yaitu model jet, trainer, dan aerobatik.
Bahkan, pesawat buatannya itu sudah dijual ke berbagai daerah di Indonesia secara online. Paling jauh dijual ke Timika, Papua.
Dalam sebulan, Pungki bisa membuat dua hingga tiga pesawat.
Satu unit pesawat lengkap dengan remote control dijual dengan harga Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta. (*)
Baca Juga: Pramugari Nangis-nangis Dipaksa 'Ngamar' oleh Oknum Pilot, Hotman Paris Beberkan Lewat Video Ini