Namun dinding bendungan yang runtuh pada 2005 itu belum diperbaiki, meninggalkan tanah yang gersang.
Menurut laporan Agence France-Presse, lembaga satwa liar di negara itu berencana untuk memindahkan 600 gajah, dua ekor singa, sekawanan anjing liar, 50 kerbau, 40 jerapah, dan 2.000 impala (hewan seperti rusa).
Juru bicara otoritas taman dan margasatwa, Tinashe Farawo, mengatakan kepada AFP bahwa operasi pemindahan akan dimulai selama musim hujan, ketika padang rumput tumbuh subur yang biasanya sekitar pertengahan November.
Farawo menggambarkan misi itu sebagai translokasi terbesar dalam sejarah.
Baca Juga: Pro Kontra Perdagangan Gading Gajah, Upaya Konservasi Terhadap Kepunahan Hatitat
Hewan-hewan itu akan dipindahkan dari Savé Valley Conservancy, sebuah taman margasatwa utama di Zimbabwe tenggara, ke tiga taman margasatwa lainnya di bagian utara negara itu.
Para pakar konservasi telah memperingatkan bahwa negara itu bisa kehilangan lebih banyak gajah karena kekeringan jika musim hujan tidak segera datang.
Baca Juga: Baru Pertama Kalinya, Kebun Teh untuk Konservasi Gajah, Telah Mendapatkan Sertifikasi Rawah Hewan
Menurut PBB, kekeringan yang baru-baru ini terjadi telah menyebabkan lebih dari lima juta penduduk pedesaan di Zimbabwe atau hampir sepertiga dari populasi penduduka di sana berisiko kekurangan makanan sebelum panen berikutnya pada tahun 2020.
Zimbabwe memiliki 85.000 gajah, tetapi taman nasional dan kawasan konservasi negara itu hanya dapat mengatasi 55.000 gajah.
Tanah dan air rembesan di negara itu cepat habis karena mengalami kekeringan terburuk dalam beberapa tahun terakhir.