Naasnya, enam jam kemudian, babi yang cedera itu mati.
Dalam hasil otopsi, tubuh babi itu dibedah untuk diteliti penyebab kematiannya.
Hasilnya, paru-paru menjadi bagian tubuh yang mengalami luka paling parah selain hati dan limpa.
Penelitian itu dilaporkan dalam International Journal of Crashworthiness.
Dalam jurnal itu, mencatat, para peneliti itu mengklaim bahwa mereka menggunakan babi untuk bahan percobaan karena hewan itu memiliki struktur anatomis yang mirip dnegan anak manusia berusia enam tahun.
Namun, sebuah organisasi non profit yang berbasis di Maryland, As membantah alasan itu.
Baca Juga: Apa Terjadi Ketika Kamu Senyum ke Kambing? Video Hasil Penelitian Ini Menjawabnya!
Menurut PETA (People for the Ethical Treatment of Animals), alasan itu hanya sebuah klaim yang mengada-ada.
Zachary Toliver dari PETA mengatakan bahwa anatomi tubuh babi berbeda secara fundamental dengan anatomi manusia.