Ini karena ada lebih dari 7.000 bahan kimia di dalam rokok, dan 70 di antaranya dapat menyebaban kanker.
Selain kanker paru-paru, perokok pasif orang dewasa juga berisiko terkena kanker laring (pita suara), kanker faring (tenggorokan), sinus hidung, kanker otak, kanker kandung kemih, kanker dubur, kanker perut, dan kanker payudara.
Pelaku perokok pasif bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak kecil yang tak bisa mengindari paparan asap rokok di rumah.
Studi menunjukkan, anak-anak yang orangtuanya merokok lebih rentan sakit, memiliki lebih banyak infeksi paru-paru seperti bronkitis dan pneumonia, lebih mudah batuk dan sesak napas, juga lebih mungkin mengalami infeksi telinga.
Selain hal itu, perokok pasif anak-anak juga berisiko mengalami serangan asma atau memperburuk gejala asma.
"Beberapa risiko itu mungkin kecil, tapi hal ini dapat berkembang dengan cepat. Pikirkan pengeluaran, kunjungan dokter, obat-obatan, kehilangan waktu sekolah, dan sering kehilangan waktu kerja untuk orang tua yang harus tinggal di rumah dengan anak yang sakit. Dan ini tidak termasuk ketidaknyamanan yang dialami anak," ujar laman tersebut.
Pada anak-anak yang sangat muda, SHS juga meningkatkan risiko masalah yang lebih serius, termasuk sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
"Perokok pasif sangat mungkin mengalami penyakit lain, hingga kematian," imbuh ahli.
Tanpa disadari, asap yang dihirup perokok pasif dapat memengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke bagi yang tidak merokok.
Beberapa penelitian juga mengaitkan perokok pasif dengan perubahan mental dan emosional.