"Sekarang sudah lebih baik, sudah ada selera makannya lagi. Kemarin sempat susah makan," tuturnya.
Menjadi perokok pasif yang dialami oleh Bopak ini juga dialami oleh almarhum Sutopo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
Selama 1,5 tahun almarhum melawan kanker paru-paru, bahkan ia bukan perokok aktif.
Almarhum sempat berpesan bahwa asap rokok yang mengudara akan sangat merugikan orang lain di sekitarnya.
Dalam penjelasan laman resmi American Cancer Society, para perokok pasif sebenarnya menghirup dua jenis asap dari pembakaran tembakau.
Pertama, asap yang dihembuskan perokok aktif.
Kedua, jenis asap dari ujung rokok atau cerutu yang memiliki konsentrasi tinggi agen penyebab kanker (karsinogen) dan lebih toksik dibanding asap biasa.
Jenis asap kedua ini memiliki partikel lebih kecil dibanding asap pertama yang dihembuskan langsung oleh perokok, sehingga lebih mudah masuk ke paru-paru dan sel-sel tubuh lain.
"Ketika non-perokok terpapar kedua jenis asap ini, mereka disebut perokok pasif. Mereka (perokok pasif) juga mengisap nikotin dan bahan kimia beracun sama halnya seperti perokok aktif," tulis American Cancer Society yang dikutip Kompas.com.
Banyak studi membuktikan asap rokok dapat menyebabkan kanker.