WIKEN.ID - Komedian Bopak ternyata sedangan mengalami penyakit paru-paru.
Bopak mengaku jika penyakitnya yang menyerang ini membuat fungsi paru-parunya hanya tinggal satu.
Bopak harus menjalani hidup sehat dan menjaga kesehatannya.
Meski hanya satu paru-paru, bagian kanan saja, ia merasa kesehatannya sudah membaik.
"Alhamdulillah kesehatan udah lumayan," ujar Bopak yang dikutip dari Grid.ID.
"Istilah paru kan udah separo, tinggal kita yang jaga dengan baik, gitu aja lah," terangnya.
Ia pun mengungkapkan penyebab dari penyakitnya tersebut lantaran pola hidupnya dulu yang tidak teratur.
Bopak kemudian mengalami gangguan paru-paru pada tahun 2017.
"Katanya (dokter) pola hidupnya, sih. Karena kan perokok pasif dan mungkin penyakit lama juga," ungkap Bopak.
"Sekarang sudah lebih baik, sudah ada selera makannya lagi. Kemarin sempat susah makan," tuturnya.
Menjadi perokok pasif yang dialami oleh Bopak ini juga dialami oleh almarhum Sutopo, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB.
Selama 1,5 tahun almarhum melawan kanker paru-paru, bahkan ia bukan perokok aktif.
Almarhum sempat berpesan bahwa asap rokok yang mengudara akan sangat merugikan orang lain di sekitarnya.
Dalam penjelasan laman resmi American Cancer Society, para perokok pasif sebenarnya menghirup dua jenis asap dari pembakaran tembakau.
Pertama, asap yang dihembuskan perokok aktif.
Kedua, jenis asap dari ujung rokok atau cerutu yang memiliki konsentrasi tinggi agen penyebab kanker (karsinogen) dan lebih toksik dibanding asap biasa.
Jenis asap kedua ini memiliki partikel lebih kecil dibanding asap pertama yang dihembuskan langsung oleh perokok, sehingga lebih mudah masuk ke paru-paru dan sel-sel tubuh lain.
"Ketika non-perokok terpapar kedua jenis asap ini, mereka disebut perokok pasif. Mereka (perokok pasif) juga mengisap nikotin dan bahan kimia beracun sama halnya seperti perokok aktif," tulis American Cancer Society yang dikutip Kompas.com.
Banyak studi membuktikan asap rokok dapat menyebabkan kanker.
Ini karena ada lebih dari 7.000 bahan kimia di dalam rokok, dan 70 di antaranya dapat menyebaban kanker.
Selain kanker paru-paru, perokok pasif orang dewasa juga berisiko terkena kanker laring (pita suara), kanker faring (tenggorokan), sinus hidung, kanker otak, kanker kandung kemih, kanker dubur, kanker perut, dan kanker payudara.
Pelaku perokok pasif bukan hanya orang dewasa, tapi juga anak kecil yang tak bisa mengindari paparan asap rokok di rumah.
Studi menunjukkan, anak-anak yang orangtuanya merokok lebih rentan sakit, memiliki lebih banyak infeksi paru-paru seperti bronkitis dan pneumonia, lebih mudah batuk dan sesak napas, juga lebih mungkin mengalami infeksi telinga.
Selain hal itu, perokok pasif anak-anak juga berisiko mengalami serangan asma atau memperburuk gejala asma.
"Beberapa risiko itu mungkin kecil, tapi hal ini dapat berkembang dengan cepat. Pikirkan pengeluaran, kunjungan dokter, obat-obatan, kehilangan waktu sekolah, dan sering kehilangan waktu kerja untuk orang tua yang harus tinggal di rumah dengan anak yang sakit. Dan ini tidak termasuk ketidaknyamanan yang dialami anak," ujar laman tersebut.
Pada anak-anak yang sangat muda, SHS juga meningkatkan risiko masalah yang lebih serius, termasuk sindrom kematian bayi mendadak (SIDS).
"Perokok pasif sangat mungkin mengalami penyakit lain, hingga kematian," imbuh ahli.
Tanpa disadari, asap yang dihirup perokok pasif dapat memengaruhi fungsi jantung dan pembuluh darah sehingga meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke bagi yang tidak merokok.
Beberapa penelitian juga mengaitkan perokok pasif dengan perubahan mental dan emosional.
Misalnya, paparan yang dihirup perokok pasif terkait dengan gejala depresi.
Meski begitu memang masih diperlukan lebih banyak studi untuk menjelaskan hubungan antara perokok pasif dengan kesehatan mental. (*)