Tidak hanya itu, upacara Bedah Bumi juga mereka laksanakan dan berdoa sesuai dengan agama keyakinan masing-masing.
"Upacara kecil itu merupakan permohonan izin kepada Tuhan yang Maha Kuasa, agar arwah Bapak HM Soeharto yang sangat kami cintai dikaruniai tempat yang terbaik. Kami juga meminta kepada Tuhan agar pekerjaan kami lancar dan selamat," ujar Sukirno.
Usai berdoa, penggalian pun dilakukan dan tak ada yang aneh pada penggalian makam tersebut.
Hujaman linggis yang pertama dan kedua masih berjalan normal.
Namun, pada hujaman yang ketiga, tiba-tiba terdengar suara ledakan yang sangat keras.
"Tepat pada hantaman linggis yang ketiga kali, tiba-tiba duaarrr!! Terdengar suara ledakan yang sangat keras bergema di atas kepala kami," kata Sukirno.
Terdengarnya suara ledakan itu, membuat mereka saling berpandangan dan berusaha menebak asal suara keras itu.
"Bukan seperti bunyi petir, lebih mirip dengan kalau sebuah bom besar meledak di atas cungkup Astana Giribangun. Dan kami semua terdiam karena kenyataannya tidak ada yang porak-poranda," sambung Sukirno.
Selain itu, seusai peristiwa ledakan itu, sama sekali tidak ada benda yang bergeser dari tempatnya sebagai akibat bunyi ledakan keras tersebut.
Terkait ledakan tersebut, Begug Purnomosidi yang saat itu menjadi Bupati Wonogiri mengatakan, ledakan itu merupakan isyarat.