WIKEN.ID -Kalau biasanya batu bata dibuat dari tanag liat yang dibakar, batu bata ini justru dibuat dari bahan yang barangkali dianggap tak masuk akal: kotoran kuda.
Batu bata merupakan bahan material yang biasanya digunakan sebagai bahan pembuat dinding rumah.
Tapi, bagaimana jika batu bata yang akan membentuk dinding rumah itu dibuat dari kotoran sapi?
Hal tersebut nampaknya tak masuk akal, namun batu bata dengan bahan utama kotoran sapi ternyata sungguhan.
Lulusan Akademi Desain Eindhoven Ellie Birkhead mengembangkan proses pembuatan batu bata yang menggabungkan produk limbah lokal dari Perbukitan Chiltern.
Mereka berupaya untuk "membentuk masa depan bagi industri lokal".
Batu bata yang disebut Building The Local itu dibuat dengan campuran bahan yang unik.
Kotoran kuda yang diambil langsung dari kandang dicampurkan dengan tanah liat dan rambut dari penata rambut.
Tak hanya itu botol kaca dari sebuah pub, wol dan abu jerami dari peternakan, dan biji-bijian dari tempat pembuatan bir juga ikut dicampur untuk membuat batu bata.
Rambut digunakan untuk membuat bata berserat yang biasanya diproduksi menggunakan jerami.
Bata dari wol dan kotoran kuda dibuat dengan cara yang sama.
Baca Juga: Kisah Cinta Tak Pandang Usia, Pemuda Nikahi Wanita Beda Umur 25 Tahun karena Kuda Lumping
Jerami mengubah warna akhir bata, begitu pula dengan penambahan kaca limbah yang menciptakan warna-warna baru.
Bata yang dibuat menggunakan biji-bijian yang dihabiskan menciptakan produk berpori.
Semua bahan bersumber dari Perbukitan Chiltern yang pernah menjadi pusat pembuatan batu bata di Inggris.
Secara historis, hampir semua bangunan lokal dibangun menggunakan bahan yang khas ini.
Birkhead, yang berasal dari Buckinghamshire, bekerja sama dengan pengrajin dan industri tradisional di Inggris.
Selama penelitiannya, ia menemukan hanya satu perusahaan pembuat batu bata yang dikelola keluarga yang masih beroperasi di Chilterns, sebagian besar karena impor produk yang lebih murah dari luar negeri dan tempat lain di Inggris.
"Batu bata tidak hanya produk tetapi sama-sama blok bangunan arsitektur yang mengubah estetika tempat," katanya kepads Dezeen.
"Warna tanah liat bervariasi dari satu tempat ke tempat lain, yang berarti bahwa asal material dapat dibaca dalam produk akhir," tambahnya. (*)