Dayat mengaku sampai saat ini belum mengetahui berapa total uang yang dikeluarkan selama proses pencalegan.
Karena uang hasil patungan dikelola oleh teman-temannya.
"Saya nggak pegang uang, teman-teman yang nyari uang, malah saya yang minta uang untuk sekolah anak.
Untuk pemasangan alat peraga kampanye (APK) saja kerja bakti, nggak ada yang mau dibayar, bambu yang untuk memasang juga pemberian dari orang," kata Dayat.
Meski hampir dipastikan menjadi anggota dewan, Dayat mengaku tidak akan bisa lepas dari dunia persalakan.
Seperti diketahui Banjarnegara merupakan sentra penghasil salak yang dikirim ke berbagai kota di Indonesia.
Baca Juga : Ditemukan Beku dan Penuh Salju, Kucing Ini Akhirnya Pulih Secara Ajaib
"Orang tahunya saya kerja di kantor, saya kalau siang ngurus kantor (DPC PDI-P), kalau malam ya di lapak, nyortir salak," ujar Dayat.
Sebelum menjadi kuli, sekitar tahun 2002 ia lama bekerja sebagai sopir truk sawit di Sumatera.
Selepas pulang dari Sumatera tahun 2011, ia bekerja serabutan, seperti kuli bangunan dan sopir mobil rental.
Kemudian sejak 2012 beralih menjadi kuli salak.