WIKEN.ID - Wachyu Hidayat yang sebelumnya sebagai kuli (pekerja kasar) di lapak penjualan salak ini mengaku awalnya pesimistis akan lolos sebagai wakil rakyat.
Caleg PDI-P ini akhirnya mendapatkan kursi ke-8 dari 10 kursi di dapilnya dengan meraih lebih dari 2.000 suara.
"Setelah coblosan, tanggal 18 April saya sudah pamit ke istri, kalau tidak jadi jangan kecewa. Saya pasti utangnya banyak, saya harus merantau ke Jakarta untuk membayar utang, penghasilan saya tidak mungkin cukup untuk membayar utang," tutur Dayat.
Saat itu Dayat dan tim relawannya menghitung hanya mampu mengumpulkan 900 suara by name. Bahkan di tempat pemungutan suara (TPS) dekat rumahnya, ia hanya mampu mendapatkan 30 suara.
"Teman-teman sudah lemas semua, kemudian saya dipanggil DPC (PDI-P) suruh datang ke kantor, katanya suara sudah banyak yang masuk, waktu itu sekitar 2000-an.
Baca Juga : Terkena Penggusuran, 700 Kura-kura di Singapura Berjuang untuk Adaptasi di Rumah Baru
Baca Juga : Reino Barack Selalu Pamer Kemesraan Usai Resmi Menikah, Syahrini: Iya Dong Nikahpun Diduitin!
Ketika saya ngabari teman-teman bahwa saya jadi, langsung pada nangis semua," kata Dayat.
Dayat mengaku selama masa kampanye, banyak dukungan dari teman dan saudara-saudaranya.
Mulai dari teman sekolah, teman kerja di lapak salak dan para tetangga di tempat kelahirannya, Desa Pakelen, Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara.
"Kalau mau ada pertemuan dengan warga, teman-teman saya yang bingung nyari uang untuk medang (hidangan untuk warga.
Kalau rokok kebetulan ada saudara dari teman yang punya toko cukup besar, saya ngambil rokok di situ," ujar Dayat.