"Bukan sekolah yang mengubah jadi seseorang yang lain tapi memberi pengetahuan yang menguatkan," lanjutnya.
Pandangan mengenai sekolah formal pun seharusnya mampu diubah karena menurut Butet selama ini sekolah formal dianggap sebagai sesuatu yang mengajarkan orang-orang untuk keluar, untuk pergi.
Terlepas dari kiprahnya di dunia pendidikan Indonesia, Butet mengungkapnya pandangannya mengenai emansipasi.
"Kalau melihat kartini kan ya, dia terkungkung oleh tradisi, dia mungkin takluk tapi dalam banyak hal kemerdekaan bepikirnya bisa dicontoh. Sekarang kita tidak punya kungkungan itu tapi kok sebatas mengejar karir, aku pikir sayangnya disitu. Banyak yang tak sekadar perempuan dan karir yang sifatnya kota, di pedalaman atau di hal-hal yang dianggap ranah laki-laki, aku nggak merasa ada masalah sama sekali, bahkan kalau aku sebagai perempuan malah banyak di gampangkan di lapangan..." kata Butet.
Ia pun memberikan pesan bagi Kartini-kartini muda Indonesia.
"Kemerdekaan berpikir jangan hanya dalam pikiran, harus diaktualisasikan. Dan ukuran keberhasilan itu kebermanfaatannya untuk orang lain buka untuk diri sendiri," pungkas Butet.
Pada tahun 2014, Butetmeraih penghargaan Magsaysay.
Penghargaan ini diberikan untuk individu atau kelompok yang dianggap memberi perubahan terhadap komunitas masyarakat di sekitarnya.
Butet juga pernah menerima penghargaan "Man and Biospher" dari UNESCO dan LIPI pada 2001 dan menjadi salah satu pahlawan versi majalah Time pada 2004.
Beirkut video wawancara dengan Butet Manurung: