Baca Juga : Kapal Pesiar Ini Berlayar dengan Mayat yang Disimpan dalam FrezerMerek-merek tersebut juga seringkali secara tak terduga dan dengan sedikit pemberitahuan, menutup pabrik mereka. Alhasil, para pekerja tidak memiliki apapun ketika pabrik ditutup alias bangkrut.Kampanye PayUp Uniqlo pun mendesak lembaga dan organisasi untuk menolak segala bentuk kerjasama atau sponsorship dengan Uniqlo, sampai merek tersebut berkomitmen untuk mengakhiri praktik pencurian upahnya.
Baca Juga : Guru dari Desa Terpencil di Kenya Dinobatkan Jadi guru Terbaik di Dunia
Setidaknya, dimulai dengan memenuhi utang kepada mantan pekerja PT Jaba Garmindo.Awal bulan ini, sebuah LSM Spanyol menolak menerima sponsor dari Uniqlo dengan alasan, hal ini akan melanggar kebijakan etika organisasi karena kasus pencurian upah Uniqlo terhadap mantan pekerja PT Jaba Garmindo.Kampanye Global PayUp Uniqlo telah menggelar berbagai aksi di seluruh dunia termasuk fashion mobs hingga demo jalanan di London, Jerman, Amsterdam, Stockholm, Spanyol, Hong Kong, Indonesia, serta Jepang.Uniqlo merupakan sebuah perusahaan asal Jepang sekaligus merek pakaian yang paling cepat berkembang di dunia.
Baca Juga : Kapal Pesiar Ini Berlayar dengan Mayat yang Disimpan dalam FrezerUniqlo juga telah menghasilkan keuntungan senilai miliaran dolar bagi para pemegang saham dan pemiliknya.Bahkan Uniqlo semakin memperluas ekspansi dengan membuka toko-toko besar di seluruh dunia.Pendiri sekaligus CEO Uniqlo, Tadashi Yanai diperkirakan memiliki kekayaan bersih sebesar 19,3 miliar dolar AS (Rp 272 triliun) sehingga menjadikannya orang terkaya kedua di Jepang.
Bagaimana menurutmu, Wikeners?
(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Gaji Belum Dibayar, Warni dan Yayat Demo di Depan Toko Uniqlo di Denmark", pada 8 April 2019.