Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Merawat hewan Peliharaan Bisa Bahayakan Diri dan Keluarga, Hindai Pelihara Unggas di Rumah

Amel - Minggu, 20 November 2022 | 07:03
Merawat hewan peliharaan, fakta unik kucing suka menjilati cakarnya setelah makan
Engin Akyurt/pexels

Merawat hewan peliharaan, fakta unik kucing suka menjilati cakarnya setelah makan

WIKEN.ID -Merawat hewan peliharaan memang menyenangkan.

Apalagi jika anda memang penyuka binatang.

Memeliharanya sudah seperti memiliki teman.

Sebelum merawat hewan peliharaan, sangat perlu komitmen dan tanggung jawa.

Hal ini terutama berkaitan dengan kesehatan fisik maupun kenyamanan hewan peliharaan.

Tak hanya hewan, kita juga perlu memperhatikan kesehatan diri.

Siapa sangka merawat hewan peliharaan ini justru miliki dampak mengerikan.

Baca Juga: Tak Punya Nyali Buat Cinlok, Indra Bruggman Bongkar Alasannya Enggan Naksir Artis Senior Ini: Mahal!

Mengutip Grid Pop, seorang pakar penyakit menular di Australia membongkar tips hidup tentang dampak mengerikan memelihara hewan ternak di belakang rumah.

Melansir intisarionline.com, Direktur penelitian lembaga studi CSIRO di Australia, Paul De Barro menerangkan bahwa jiwa manusia dapat terancam dengan adanya wabah penyakit yang dibawa ayam, babi, atau kambing.

Hewan peliharaan khususnya yang berada di pinggiran kota dan kota dapat terpapar hewan liar seperti kelelawar.

Kelelawar inilah yang membawa penyakit seperti virus Hendra atau Nipah.

"Ketika populasi urban menyebar, mereka pindah ke area hutan, area alami. Dan karena itu kita semakin dekat dekat dengan hewan liar," katanya kepada ABC.

Selain itu, faktor pemicu lain yaitu perubahan iklim.

Misalnya di perkotaan semakin sering terlihat kelelawar terbang padahal 50 tahun lalu hal ini tidak dijumpai.

Baca Juga: Dulu Rajai Era 90-an, Kini Sylvana Herman Pilih Hidup Sendiri Hingga Pasrah Soal Jodoh dan Adopsi Anak!

"Ketika kita mendapatkan perubahan ini, risiko penyakit dari hewan ke manusia semakin meningkat," ujar dia.

Dr de Barro menyebut, risiko penyebaran penyakit dari hewan ke manusia juga dapat dialami mereka yang tinggal di perkotaan.

Misalnya di Australia ketika ada wabah flu burung, pihak berwenang sulit mendeteksi dari mana asalnya.

Pasalnya, tidak ada pendataan kepemilikan hewan di negara itu.

Hal semacam inilah yang menurut Barro membuat wabah penyakit sulit dibendung.

"Yang tidak kita ketahui adalah kapan (wabah penyakit) muncul, kita tidak tahu frekuensinya, dan kita bahkan tidak tahu skala atau konsekuensinya," katanya.

"Bisa jadi ada beberapa orang yang jadi korban atau mungkin ratusan orang meninggal."

Baca Juga: Suami Berondongnya Cintai Laki-laki, Elly Sugigi Putuskan Kembali Cerai Kelima Kalinya

Para ahli, ujar Barro masih belum dapat memahami bagaimana sebuah penyakit dapat berpindah dari hewan liar ke hewan peliharaan dan berujung ke manusia.

"Pengawasan yang kita miliki untuk penyakit-penyakit yang disebarkan oleh hewan ke manusia belum memadai," kata Dr de Barro.

"Saya tidak bisa menjelaskan mengapa, atau dalam kondisi apa, virus seperti Hendra bergerak dari kelelawar menular ke kuda lalu berakhir ke manusia.

Jadi sulit untuk membuat prediksi seputar kemungkinannya," terangnya.

Survei nasional terhadap satwa liar yang terus berlangsung dan penyakit yang mereka bawa sangat penting untuk mengurangi risiko, kata Dr De Barro.

"Kami tidak benar-benar tahu penyakit apa yang ada pada burung asli, marsupial, kelelawar," katanya.

"Dan kami tidak memantau frekuensi penyakit-penyakit ini, jadi saya tidak bisa menjelaskan apakah penumpukan virus pada hewan tertentu di pinggiran kota tertentu."

Baca Juga: Masih Kuat Rasakan Manfaat Lari Pagi di Umur 70 Tahun Hanya Modal Daun Sirih

Dr de Barro mengakui wabah jarang terjadi di Australia, tetapi dia memperingatkan bahwa peluang hal itu terjadi ada di sekitar kita.

"Di sebelah utara kita adalah 'wilayah panas' Asia, yaitu Asia Tenggara di mana sering terjadi penyebaran wabah penyakit karena ada warga hidup berdampingan dengan babi dan unggas dan hewan liar lainnya," katanya.

Sementara itu dilansir dari Kompasiana.com, jika kamu memiliki peternakan ayam yang baunya sangat tidak sedap, lakukan hal ini sebagai cara mengatasinya.

- Buang kotoran ayam peliharaan di dalam kandang sebisa nya di lakukan secara rutin.

- Gunakan serbuk gergaji, kapur halus, atau pasir kering sebagai alas kotoran yang jatuh.

- Jika kandang sudah mulai mengeluarkan bau busuk, keruk kotoran dan masukan ke dalam karung. Jahit karung yang berisi kotoran, dan semprotkan cairan obat DOF sesuai takaran.

- Buat lubang tepat di bawah kandang ayam peliharaan dengan kedalaman sekitar 30cm.

Baca Juga: Kehidupan Nagita Slavina Lagi-lagi Diusik, Pinkan Mambo Langsung Banjir Hujatan Usai Singgung Perceraian Raffi Ahmad

- Isi lubang menggunakan pasir kering atau kapur halus hingga penuh, dengan tujuan agar kotoran cepat kering dan tidak mengeluarkan bau busuk yang mengganggu.

- Ganti alas berupa pasir halus, serbuk gergaji secara rutin dan pisahkan kotoran yang sudah mengering. Kotoran ayam aduan yang kering bisa berguna dan di pakai sebagai pupuk kandang.

- Buat ventilasi udara yang baik dan benar sehingga pertukaran udara di dalam kandang dapat berjalan optimal. Sirkulasi yang baik dapat menghindari kandang dari kelembapan yang dapat mengeluarkan bau busuk.

- Berikan ayam probiotik untuk dikonsumsi guna menghancurkan protein yang sudah dicerna.

Editor : Wiken





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x