Bahkan Argentina pernah menggunakan kapal selam ini untuk melawan Inggris dalam perang Falkans, atau perang Malvinas.
Kapal ini disebut sebagai kapal selam non nuklir terlaris dengan tipe U-209, dengan bobot 1.400 ton.
Sampai sekarang pun masih dibangun di galangan kapal Thyssenkrupp di Jerman atas pesanan Mesir.
Thyssenkrupp mengatakan, kapal selam ini terinspirasi dari kapal Jerman, tetapi diperbesar dan bisa beroperasi di perairan yang lebih dalam, dengan membawa banyak peralatan.
KRI Nanggala-402 sendiri dipamerkan pertama kali pada peringatan 36 tahun TNI, pada 5 Oktober 1981 dan diresmikan penugasannya dua minggu kemudian.
Setelah itu berbagai misi dilakukan termasuk menjadi ujung tombang Indonesia, pada sengketa Ambalat dengan Malaysia.
Lalu, Februari 2012, kapal ini mendapat modernisasi di Korea Selatan, sebagian besar strukturnya diganti dengan persenjataan, sonar, radar dan sistem kendali yang diperbarui.
Setelah diperbarui di galangan kapal Daewo Shipbuilding & Marine Engineering, di Korsel, KRI Nanggala-402 mampu menembakkan 4 torpedo bersamaan dengan target berbeda.
Bahkan mampu meluncurkan rudal anti-kapal seperti Exocet dan Harpoon. (*)