Follow Us

BCL Nekat Lakukan Tes Swab Antigen Tanpa Bantuan Tenaga Profesional, Dokter Sebut Bahayanya, Sebabkan Patah Hidung!

Agnes - Rabu, 06 Januari 2021 | 18:40
BCL lakukan tes swab antigen sendiri
tribunnews

BCL lakukan tes swab antigen sendiri

BCL buat heboh dengan lakukan tes swab antigen sendiri, dokter sebut hal buruk bisa terjadi. Salah satunya hidung patah

WIKEN.ID - Kelakuan Bunga Citra Lestari atau BCL ketika melakukan swab antigen sendiri menuai banjir kritikan.

Seperti yang diketahui, beberapa waktu lalu, BCL melakukan tes swan antigen sendiri kepada teman-temannya dan mejadi viral di media sosial.

Ia melakukannya sendiri tanpa bantuan tenaga professional.

Tindakan ini ternyata mendapat banyak kritikan.

Tak jauh berbeda, baru-baru ini di media sosial juga ramai pembicaraan terkait kisah dari seorang dokter telinga, hidung, dan tenggorokan (THT).

Baca Juga: Terlihat Sifat Aslinya, Lesti Kejora Dapat Perlakuan Tak Biasa dari Rizky Billar hingga Buat Sang Pedangdut Mengadu pada Ibunya

Dalam gambar tangkapan layar yang beredar, dokter THT itu menceritakan dirinya kedatangan pasien yang kebingungan karena terpapar Covid-19 dari temannya.

Pasien tersebut terpapar setelah melakukan saling swab dengan ketiga temannya tanpa bantuan tenaga profesional.

Ternyata salah satu dari mereka positif Covid-19.

Padahal saat melakukan swab sendiri, tidak ada satu pun dari keempat orang itu yang menggunakan alat pelindung diri (APD).

Dilansir dari tribunnews, melakukan swab sendiri tanpa bantuan tenaga profesional memang tidak dianjurkan. Menurut DR. dr Sarwastuti Hendradewi, SpTHT-KL (K).,Msi Med, tindakan itu sangat berbahaya.

Baca Juga: Pura-pura Lupa Pernah Bertemu dengan Dinda Hauw, Rizky Billar Ceritakan Awal Kedekatannya dengan Istri Rey Mbayang Dulu

Ada beberapa risiko kesehatan yang bisa terjadi apabila swab tidak dilakukan oleh tenaga profesional.

Pertama, kesalahan hasil pemeriksaan.

Dokter yang akrab disapa Dewi itu menjelaskan, swab merupakan tindakan di nasofaring untuk mengambil spesimen yang digunakan untuk pemeriksaan.

Swab nasofaring dilakukan melalui lubang hidung. Hidung merupakan organ yang memiliki struktur anatomi sempit.

Belum lagi di hidung banyak bangunan-bangunan dan pembuluh darah serta mukosa (lapisan kulit dalam) yang tipis.

Baca Juga: Sempat Dilarikan ke Rumah Sakit Tapi Nyawanya Tak Tertolong, Berikut Beberapa Fakta Meninggalnya Chaca Sherly Eks Personil Trio Macan

Menurut Dewi, orang awam yang melakukan swab sendiri tidak memahami struktur anatomi hidung dan tidak mengetahui bagian yang harus diambil.

"Jadi bagian yang diambil enggak sampai ke tempat seharusnya yang menjadi bahan pemeriksaan," ujar Dewi kepada Kompas.com, Senin (4/1/2020).

Kesalahan dalam pengambilan bagian untuk pemeriksaan bisa memberikan hasil yang tidak tepat. Bisa jadi hasil pemeriksaan harusnya positif. Tapi karena tempat pengambilannya salah, hasilnya menjadi negatif.

Baca Juga: Tak Berani Melamar Padahal Sudah Lama Dekat, Rizky Billar Bersykur Rey Mbayang yang Nikahi Sahabatnya, Apa Alasannya?

Kedua, bisa jadi orang yang hendak diswab memiliki struktur hidung bengkok sehingga rongga hidung lebih sempit.

Apabila yang melakukan swab tidak memahami struktur tersebut dan asal mengambil, maka bisa menyebabkan kesakitan luar biasa.

Risiko selanjutnya adalah patahnya tangkai yang digunakan untuk melakukan swab. Hal ini dikarenakan fungsi hidung ketika terkena benda asing.

Baca Juga: Mobil Chacha Sherly Sampai Mental Nyeberang ke Jalur Lawan Arah, Berikut Video Detik-detik Kecelakaan Maut yang Renggut Nyawa Eks Personil Trio Macan

"Fungsi hidung menimbulkan refleks bersin. Kalau memasukkan tangkainya kena mukosa, bisa bersin, dan risiko putus tangkainya. Ini sering terjadi," kata Dewi.

Apabila tangkai patah di dalam, sementara yang melakukan swab tidak paham cara mengambilnya, maka risikonya bisa terjadi pendarahan di hidung atau epistaksis.

Risiko pendarahan juga bisa terjadi jika tangkai swab mengenai pembuluh darah. Dewi menekankan, di hidung banyak sekali pembuluh darah yang mudah pecah.

"Pendarahan yang banyak bisa menimbulkan syok karena panik. Selain itu, pendarahan yang banyak bisa menyumbat jalan napas, yang berakibat fatal," tambahnya.

Baca Juga: Teddy Terus-terusan Merongrong Harta Warisan, Keluarga Mendiang Lina Jubaedah Ingin Bintang Dirawat Sule: Yang Berdosa Mah Bapaknya Aja!

Dewi mengatakan, epistaksis atau pendarahan yang vanyak merupakan suatu kondisi kegawatdaruratan di bidang THT. Kondisi ini perlu ditangani dengan segera.

"Jangan sampai risikonya fatal bukan karena swab untuk pemeriksaan Covid-19, tapi karena efek samping epistaksis," ujar dokter yang berpraktik di Departemen THT RS Dr Muwardi Surakarta itu.

Tenaga profesional

Dewi mengingatkan, sebaiknya swab dilakukan oleh tenaga profesional yang sudah mengetahui teknik swab dan struktur anatomi hidung dengan baik.

Baca Juga: Sempat Akrab dan Sering Kasih Oleh-oleh ke Puput Nastiti Devi, Putri Ahok Menentang Keras Saat Sang Ayah Menikah: Enggak Berpikir Jadi Istri Papa

Dengan begitu dapat meminimalkan risiko terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.

"Lebih aman melakukan swab di rumah sakit atau fasilitas kesehatan yang menyediakan layanan tersebut," kata Dewi.

Selain itu, tenaga profesional yang melakukan swab sudah dilengkapi APD untuk melindungi dirinya terpapar virus.

"Prinsipnya 'kan kalau mau melakukan swab, orang yang di-swab itu positif, meskipun nanti hasilnya negatif. Jadi tenaga profesional sudah memproteksi diri dengan memakai APD lengkap," pungkas Dewi.(*)

Source : tribunnews

Editor : Wiken

Baca Lainnya

Latest