Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Bak Angir Segar, Pakar UGM Ungkap Prediksi Pandemi Corona di Indonesia Akan Berakhir Pada Akhir Juli 2020, Bisa Mudur Jika Masyarakat Nekat Mudik

Hafidh - Sabtu, 25 April 2020 | 20:00
Ilustrasi mudik
Kompas.com

Ilustrasi mudik

WIKEN.ID -Darurat pandemi virus corona masih terjadi di Indonesia.

Pasalnya, jumlah kasus positif virus corona semakin hari semakin bertambah.

Pada saat berita ini ditulis, tercata ada 8.607 pasien positif Covid-19.

Selain itu, pemerintah juga menyebutkan angka pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia sebanyak 720 orang.

Baca Juga: Bocah 7 Tahun Positif COVID-19 Tertular Sang Ayah yang Pulang dari Ijtima Ulama di Gowa, Ibu Berstatus PDP

Meski begitu, ada secercah harapan di tengah pandemi virus corona.

Tercatat ada 1.042 pasien positif Covid-19 yang dinyatakan sembuh total.

Jika dilihat dari data yang diberikan pemerintah, pasien positif corona dikabarkan selalu meningkat.

Kondisi tersebut membuat tak sedikit publik bertanya kapan akhir dari pandemi ini.

Baca Juga: Terlalu Lama Melintasi Samudera Atlantik, Pasangan Ini Kaget Wabah Covid-19 Tengah Melanda Dunia: Kami Kaget Tahu Berita Itu

Dikutib dari TribunMataram.com, pada Sabtu (25/4/2020), Guru Besar Statistika Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dedi Rosadi mengatakan persebaran Covid-19 di Indonesia diprediksi akan mereda di akhir Juli 2020.

Prediksi yang mengacu pada data publikasi pemerintah hingga 23 April 2020 tersebut memperkirakan waktu puncak pandemi akan terjadi pada Mei 2020 dan mereda di akhir Juli 2020.

Dengan perkiraan proyeksi total penderita positif Covid-19 di angka 31 ribu kasus.

Sebelumnya, Prof. Dedi dan tim pernah merilis prediksi sementara akhir pandemi terjadi pada akhir Mei 2020, dengan total penderita positif Covid-19 mencapai 6.174 kasus.

Baca Juga: Tak Kuasa Menahan Sakit dan Tangis Saat Live Facebook, Cekcok Berujung Istri Dibakar Hidup-hidup oleh Sang Suami

Kala itu, digunakan data pemerintah sampai 26 Maret 2020.

Dedi memaparkan, ada tiga hal yang mengubah akhir pandemi Covid-19 menjadi lebih cepat atau lebih lambat dari yang diprediksikan, dengan jumlah kasus yang berkurang atau melebihi prediksi.

1. Usaha untuk memutus rantai penularan.

hal pertama yang bisa memengaruhi cepat atau lambatnya akhir pandemi Covid-19 ialah kondisi dan usaha untuk mengubah kecepatan penularan bahkan memutus total rantai penularan penyakit.

Usaha tersebut dapat diwujudkan melalui pengendalian yang efektif terhadap episentrum-episentrum penyebaran virus, khususnya kelompok provinsi zona merah.

Jika pencegahan maksimal terhadap kemungkinan tumbuhnya klaster baru di setiap daerah dilakukan dengan baik, maka wabah bisa selesai jauh lebih cepat dengan jumlah kasus yang lebih kecil.

Baca Juga: Hendak Berobat ke Orang Pintar Bersama Sang Suami untuk Penyakit Kulit yang Dideritanya, Wanita Ini Malah Dicabul Sang Dukun!

Sebaliknya, jika pengendalian tidak berhasil dilakukan, maka prediksi berakhirnya wabah akan mundur.

Jumlah penderita akan lebih besar dari prediksi sementara juga masih mungkin terjadi.

2. Besar atau kecilnya fenomena mudik pada bumai Mei 2020

Besar kecilnya fenomena mudik atau bentuk imigrasi lain dari daerah pusat penyebaran, khususnya daerah zona merah, yang sangat berpotensi untuk ditunggangi virus.

Sehingga, keputusan larangan mudik oleh Pemerintah sejak tanggal 24 April 2020 dianggap tepat karena sejalan dengan upaya pengendalian risiko wabah.

Baca Juga: Hendak Berobat ke Orang Pintar Bersama Sang Suami untuk Penyakit Kulit yang Dideritanya, Wanita Ini Malah Dicabul Sang Dukun!

Bila larangan tersebut ditaati, diharapkan dapat menghambat tumbuhnya klaster-klaster penyebaran baru di seluruh Indonesia.

"Tumbuhnya klaster-klaster baru perlu dicegah agar wabah tidak mundur lebih lama ke belakang yang berakibat akhir wabah di setiap wilayah akan berbeda-beda.

Akhirnya menyebabkan perkiraan laju tambahan jumlah kasus di setiap wilayah akan berbeda-beda dan akan memengaruhi time line dan nilai akhir total prediksi nasional," jelas Prof. Dedi dalam laman resmi UGM, Sabtu (25/4/2020).

3. Tingkat kepedulian masyarakat terhadap imbauan pemerintah

Agar pandemi cepat berakhir, masyarakat dapat terus melaksanakan anjuran berdiam diri di rumah semaksimal mungkin.

Baca Juga: Berbekal Pisau Dapur di Tangan, Wanita Asal Pakistan Ini Potong Kemaluan Pelaku yang Hendak Memerkosanya

Jika beraktivitas keluar rumah, hendaknya selalu memaksimalkan usaha-usaha untuk melindungi diri melalui social dan physical distancing, memakai masker, cuci tangan dengan sabun, dan melakukan gaya hidup sehat lainnya.

Lebih lanjut Prof. Dedi menyampaikan, akurasi model dengan parameter dan hasil simulasi prediksi seperti di atas masih perlu dievaluasi dalam setidaknya 2 minggu ke depan.

Hal itu dilakukan untuk melihat apakah terjadi tren penurunan yang konsisten atau justru menjadi tren naik.

Namun, akurasi prediksi akan semakin baik jika puncak pandemi telah terlewati.

Baca Juga: Sempat Menikah dengan Adik Irwansyah, Artis Cantik Ini Cerai Usai Ditikung Sahabat Sendiri yang Jadi Pagar Ayu di Pernikahannya

"Hasil prediksi yang diberikan di atas baru memotret data nasional sebagai satu entitas dan melakukan sejumlah simplifikasi," jelasnya.

Misalnya, belum menggambarkan potensi penyebaran virus karena faktor kondisi geografis Indonesia berupa negara kepulauan.

Selain itu, belum memodelkan efek pengaruh pengendalian dari pemerintah seperti Pengaturan Sosial Berskala Besar (PSBB). (*)

Baca Juga: Ngebet Ingin Persunting Pujaan Hatinya, Kakek yang Umurnya Hampir Seabad Ini Nekat Menikah di Tengah Pandemi Virus Corona

Source :TribunMataram.com

Editor : Wiken





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x