WIKEN.ID - Indonesia merupakan negara dengan beragam suku, budaya, dan adat istiadat.
Merujuk dari data BPS mengenai suku di Indonesia dilakukan pada 2010, setidaknya ada 1331 kategori merupakan kode untuk nama suku, nama lain atau alias suatu suku, nama subsuku, bahkan nama sub dari subsuku.
Sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa.
Di Papua, atau yang sebelumnya disebut Irian Barat atau Irian Jaya, terdiri dari begitu banyak suku dan sangat beragam.
Baca Juga: Viral Video Suku Baduy Kepung Jakarta, Kepala Desa Kanekes: Kami Netral
Hakikatnya suku-suku asli Papua, sekitar puluhan suku.
Tetapi dalam perkembangannya, suku-suku asli itu berkembang dan beranak-pinak menjadi ratusan suku. Suku di Papua adalah suku-suku yang tinggal di pulau Papua, mereka satu rumpun dengan penduduk benua Australia asli yaitu suku/orang Aborigin.
Salah satu suku yang paling menarik adalah suku Korowai.
Suku Korowai adalah suku yang baru ditemukan keberadaannya sekitar 30 tahun yang lalu di pedalaman Papua, Indonesia dan berpopulasi sekitar 3000 orang.
Suku terasing ini hidup di rumah yang dibangun di atas pohon yang disebut Rumah Tinggi.
Beberapa rumah mereka bahkan bisa mencapai ketinggian sampai 50 meter dari permukaan tanah.
Suku Korowai adalah salah satu suku di daratan Papua yang tidak menggunakan koteka.
Sampai tahun 1970, mereka tidak mengetahui keberadaan setiap orang selain kelompok mereka.
Suku yang tinggal di Papua Barat ini telah tinggal 10.000 tahun lamanya.
Dikutip dari thesun.co.uk, salah satu fotografer handal asal Italia, Gianluca Chiodini mengaku telah menembus hutan liar yang ada di Papua dan bertemu dengan suku misterius ini.
"Aku benar-benar ingin mengunjungi salah satu suku bangsa asli dan paling terisolasi di dunia,” ujarnya.
Dirinya menyebut jika suku tersebut merupakan suku Korowai yang hidup di jantung hutan hujan Papua.
Baca Juga: Kerusuhan di Papua Barat Berlanjut, Video Ini Rekam Detik-detik Sebuah Pasar Tradisional di Bakar
"Suku Korowai hidup di jantung hutan hujan Papua, mereka belum terekspos kepada media, sehingga tradisi berumur ribuan tahun mereka masih terjaga." tambahnya.
Atas kesempatan yang langka itu, ia berhasil mendokumentasikan foto-foto Suku Korowai saat berkunjung ke sana.
Chiodini mengatakan jika Suku Korowai memiliki tradisi yang sangat primitif seperti berpesta dengan serangga hidup, memperbaiki rumah mereka dengan tangkai-tangkai panjang, dan memanah hewan untuk dimakan pada malam hari.
Bahkan, saking terisolasinya mereka, Suku Korowai tidak memiliki akses terhadap pengobatan modern sehingga mereka menyembuhkan diri dengan tanaman-tanaman dan ilmu sihir.
Umumnya, harapan hidup Suku Korowai hanya di bawah umur 50 tahun saja.
Karena keterbatasan ilmu, Suku Korowai percaya jika kematian berhubungan dengan setan ‘Khakhua’ yang mengambil nyawa manusia.
Berdasarkan kepercayaan mereka, setan ‘Khakhua’ menyamarkan diri sebagai teman atau anggota keluarga untuk bisa mendapatkan kepercayaan dari Suku Korowai.
Setelah lengah, setan ‘Khakhua’ dapat membunuh mereka.
Dari kepercayaan itulah, mereka merasa perlu melindungi anggota suku dari siapapun yang mereka anggap sebagai ‘Khakhua’.
Dalam melindungi dirinya, mereka biasa melakukan ritual kanibalisme kepada siapaun yang mereka anggap sebagai ‘Khakhua’.
Setelah menangkapnya, Suku Korowai akan membunuh korban ‘Khakhua’ dan memakan dagingnya.
"Beberapa sumber mengatakan jika Korowai masih mempraktikkan kanibalisme sampai hari ini. Antropologi lain mengatakan jika praktik tersebut sudah berhenti, tetapi hanya di abad ini saja,” ucap Chiodini. Chiodini juga mengaku tak takut terhadap kanibalisme ini. (*)
Artikel ini juga tayang di Sonora.id dengan judul Suku Terakhir Di Dunia yang Masih Lestarikan Kanibalisme Ada di Papua.