“Kami yakin bahwa ini adalah contoh Mimikri Batesian, di mana spesies yang tidak berbahaya menghindari predator dengan berpura-pura menjadi spesies yang berbahaya atau beracun,” kata rekan penulis studi, Eli Greenbaum, dari University of Texas di El Paso dalam sebuah pernyataan.
Sepenuhnya menguji hipotesis ini akan menunjukkan bahwa predator sebenarnya ditipu oleh mimikri kodok, yang akan sangat sulit dilakukan di alam liar karena pertemuan dengan kodok jarang terjadi.
"Berdasarkan banyak sumber bukti yang disediakan dalam penelitian kami, kami yakin bahwa hipotesis mimikri kami didukung dengan baik." ucap Greenbaum.
Baca Juga: Pecinta Binatang, Jokowi Sempat Minta Dicarikan Kodok Raksasa Untuk Dipelihara di Kolam Istana Bogor
Para peneliti menggunakan spesies hidup yang ditangkap di alam liar.
Terdiri dari spesies aktif dan spesies yang diawetkan dari museum untuk membandingkan kodok dan ular berbisa itu.
Mereka menemukan bahwa bentuk segitiga tubuh kodok, kulitnya yang sangat halus untuk seekor kodok, dan pola warnanya - kecokelatan, sisi-sisi berwarna cokelat gelap, dan dua bintik-bintik cokelat gelap dan garis-garis coklat tua di punggungnya - menyebabkan amfibi terlihat seperti kepala ular sendok.
Dengan kata lain, keduanya cukup mirip secara visual sehingga setiap pemangsa yang mencari makan mungkin lebih baik untuk melewati kodok raksasa Kongo daripada mengambil risiko gigitan mematikan dari ular sendok Gaboon.
Tapi hanya untuk sedikit info tambahan, kodok raksasa Kongo bahkan melangkah lebih jauh dari sekadar mimikri visual.