WIKEN.ID -Negara Islam atau yang juga dikenal sebagai ISIS adalah kelompok Islam radikal yang mencaplok banyak wilayah di Suriah timur serta Irak utara dan barat.
Strategi brutalnya, termasuk pembunuhan massal dan penculikan anggota kelompok keagamaan dan suku, di samping pemenggalan tentara dan wartawan, memicu kekhawatiran dan kemarahan di dunia dan campur tangan militer Amerika Serikat.
Kelompok ini berkeinginan mendirikan sebuah "khilafah", sebuah negara yang dikuasai satu pemimpin keagamaan dan politik menurut hukum Islam atau syariah.
Meskipun saat ini terbatas di Irak dan Suriah, ISIS bertekad akan "menerobos perbatasan" Yordania dan Lebanon dan "memerdekakan" Palestina.
Mereka mendapatkan dukungan warga Islam di dunia yang menyatakan kesetiaan kepada pemimpinnya, Ibrahim Awad Ibrahim Ali al-Badri al-Samarrai atau Abu Bakr al-Baghdadi.
Dengan peralatan yang semakin terkuras setelah markasnya di Irak dan Suriah dibersihkan, kelompok teroris ISIS menggunakan taktik baru dalam melakukan aksi terornya.
Sebelumnya diketahui bahwa pasukan yang didukung AS telah mendorong ISIS keluar dari bentengnya di Irak dan Suriah setelah serangan berbulan-bulan.
Banyak pejuang yang akhirnya tewas atau ditangkap, dan ribuan pengantin dan anak-anak jihad - termasuk beberapa yang meninggalkan Inggris untuk bergabung dengan kelompok teror di Timur Tengah - terjebak di kamp-kamp pengungsi.
Bulan lalu, para pejabat AS dan Irak mengatakan kepada New York Times bahwa ISIS sedang mengumpulkan kekuatan baru.