Adapun data nomor telepon orangtua murid itu didapatkan dengan cara menipu menggunakan kemampuannya menirukan beragam suara.
"Tersangka A mendapatkan identitas murid dan orang tua murid dengan berpura-pura sebagai staf dinas pendidikan. Setelah mendapatkan identitas tersebut, tersangka M akan menelepon orangtua anak tersebut bahwa anaknya mengalami kecelakaan," kata Argo.
Argo Yuwono mengatakan, ketiga penipuini sudah beraksi sejak 2009 lalu atau sudah sepuluh tahun.
Setiap sebulan minimal mereka beraksi 3 kali. Setiap beraksi mereka berhasil menipu korban antara Rp 17 Juta sampai Rp 40 Juta.
Aksi terakhirkomplotan itudilakukan pada Selasa (16/7) lalu terhadap pasutri Yudi Irhamsyah dan Siti Nuraini warga Modernland, Tangerang.
Argo mengatakan, saat M menelepon keluarga korban, ia menyamar sebagai guru pria dan guru perempuan juga dokter serta petugas apotek.
Awalnya sebagai guru pria ia menelpon ortu siswa dengan memberikan informasi bahwa anak korban mengalami kecelakaan di toilet dan dirawat di rumah sakit.
Sehingga korban kemudian menghubungi nomor telepon guru perempuan itu.
Saat dihubungi korban, sang guru perempuan yang diperankan M mengaku bersama dokter yang menangani anak korban.
Dengan peran suara dokter ini, M akan meminta keluarga untuk menyediakan dan membeli alat khusus tertentu untuk mencegah gegar otak korban.