Dinas Pendidikan Kota Surabaya melalui Instagram-nya, mengatakan bahwa insiden menendang kepala sekolah dan video tersebut merupakan dua insiden yang berbeda.
"Di video viral tersebut, siswa memang melakukan pelanggaran dan meminta agar tidak dipanggil orang tuanya. Kejadian ini sekitar sebulan sebelum insiden patah tangan kepala sekolah," tulis akun tersebut.
Dikutip dari Kompas.com, Kabag Humas Pemkot Surabaya Mohammad Fikser mengatakan insiden tersebut terjadi di SDN1 Balongsari saat peringatan Hari Kartini pada Kamis (18/4/2019).
Saat itu, seorang siswa dan guru sedang ribut karena tidak memakai atribut Hari Kartini seperti peraturan.
Dia malah memakai atribut ala anak jalanan dengan celana sobek lengkap dengan rantai.
Bahkan, dia juga mengajak adik kelas untuk memakai hal yang sama dengan dirinya tetapi disita oleh guru.
"Karena atribut adik kelas disita, siswa tersebut marah-marah dan diamankan oleh para guru. Saat kepala sekolah mendekat, terkena tendangan kaki siswanya," jelas Fikser.
Saat jatuh, tangan Gunawati Suwito menjadi tumpuan sehingga menyebabkan tangannya patah.
Kasus tersebut telah diselesaikan secara damai.
Tetapi bocah tersebut kini ditangani Dinas Pendidikan Kota Surabaya untuk mendapatkan pembinaan.