Follow Us

facebookinstagramyoutube_channeltwitter

Hanya Ada di Desa Ini, Festival Ular Memuja Dewi Sejak Abad ke-11

Alfa - Selasa, 07 Mei 2019 | 14:10
Beberapa orang mengenakan pakaian yang tradisional Abruzzo.
AFP

Beberapa orang mengenakan pakaian yang tradisional Abruzzo.

WIKEN.ID - Setiap tahun orang-orang di Cocullo, sebuah kota kecil abad pertengahan di wilayah Abruzzo, Italia, mengadakan festival ular dan diarak di jalanan desa.

Dalam arak-arakan ini, patung kayu santo diarak di jalanan desa yang terlilit ular yang jumlahnya mencapai puluhan.

Festival yang disebut dengan nama serpari ini diadakan setiap tanggal 1 Mei.

Festival ular ini diadakan untuk menghormati San Domenico di Sora karena secara ajaib menghilangkan wabah ular dari ladang petani pada abad ke-11.

Festival ini baru ditetapkan akan diselenggarakan setiap tahunnya sejak tanggal 1 Mei sejak 2012.

Baca Juga : Bikin Warga Ketakutan, Seekor Ular Piton Sepanjang 5 Meter Mati Ditemukan di Perkebunan Warga, Isi Perutnya Menyeramkan!

Sebelumnya, festival ini berlangsung setiap Kamis pertama di bulan Mei.

Pada tahun 2009, penyelenggaraan festival ular ini dibatalkan karena beberapa bangunan di desa ini mengalami kerusakan akibat gempa L'Aquila.

Tradisi ini, hadir juga dalam lambang simbolisme senjata.

Beberapa literatur mengatakan jika festivak ini berasal dari pemujaan kuno Angitia, dewi ular Romawi yang disembah oleh orang-orang di Italia tengah.

Baca Juga : Lagi di Kebun, Bocah 7 Tahun Lepas Dari Gigitan dan Lilitan Ular Sepanjang 7 Meter

Angitia adalah dewi ular Romawi yang disembah oleh Marsi, yang merupakan penghuni pertama di wilayah tersebut.

Festival tahunan ini ditunggu ribuan wisatawan baik dari Italia maupun internasional.

Mereka datang ke Cocullo, yang terletak di Pegunungan Majella, untuk melihat acara unik ini.

Karena simbol resmi sang dewi adalah seekor ular, persembahan ular disajikan kepadanya untuk melindungi penduduk setempat dari serigala, beruang, malaria serta menyembuhkan gigitan ular.

Saat ini, festival ini adalah perpaduan inkulturasi budaya cerita rakyat dan tradisi umat Katolik.

Baca Juga : Ular Bermata Tiga Ditemukan di Pinggir Jalan, Para Ahli Pun Mengungkap Jenisnya

Suasana arak-arakan ular di desa.
AFP

Suasana arak-arakan ular di desa.

Festival ini dimulai dengan misa pagi di gereja kota dan penduduk setempat membunyikan bel kecil menggunakan gigi mereka sendiri sebagai perlambang untuk melindungi mereka terhadap sakit gigi di tahun berikutnya.

Tanah setempat diberkati dan kemudian disebarkan ke beberapa ladang di desa itu yang berfungsi sebagai pestisida alami.

Sebelum acara ini, Serpari atau pawang ular setempat, menangkap empat jenis ular tidak berbahaya pada 19 Maret 2019.

Setelah itu membagikannya warga pada tanggal 1 Mei 2019.

Baca Juga : Viral Video Wanita Jilat Kloset Toilet Pesawat, Ternyata Bahayanya Bisa Sebabkan Penyakit Menular

Ular-ular tersebut kemudian diletakkan di atas patung kayu San Domenico di Sora.

Ada juga warga yang meletakkan ular di patung ini hingga hampir sepenuhnya tertutup.

Patung ini kemudian diarak melalui jalan-jalan kota yang sempit, diangkat tinggi di tengah prosesi sehingga terlihat oleh semua warga.

Baca Juga : Kreatif! Video Anak Kecil Membuat Perangkap Ular Dengan Pipa Plastik

Setelah perarakan, diikuti pertunjukan kembang api yang dilihat oleh pengunjung baik dari jalanan maupun balkon rumah.

Setelah festival selesai, ular dilepaskan kembali ke alam liar.

Perjalanan iman dan alam ini adalah salah satu dari jenis dan bernilai perjalanan. (*)

Baca Juga : Sepanjang 5 Meter, Ular Piton Ini Ditemukan Mati di Lahan Waga Usai Memangsa Babi Hutan

Editor : Wiken





PROMOTED CONTENT

Latest

Popular

Tag Popular

x