WIKEN.ID - Gunung Everest tidak hanya bukti keindahan alam tetapi juga selalu jadi tempat yang memikat dan memanggil hati setiap petualang.
Terlepas dari segala risikonya, ribuan orang berkerumun di Nepal setiap tahunnya dalam upaya untuk menaklukkan titik tertinggi di bumi ini.
Banyak dari orang-orang tersebut tidak pernah kembali.
Lebih dari 250 jenazah masih ada di Gunung Everest, membuat Gunung Everest dijuluki kuburan terbuka terbesar di dunia.
Sementara sebagian besar kematian Gunung Everest terjadi karena longsoran salju, jatuh, dan paparan terhadap iklim yang keras, daerah yang dikenal sebagai "Death Zone" ini memiliki jumlah tubuh yang cukup banyak dan dilengkapi dengan serangkaian masalah uniknya sendiri.
Death Zone umumnya dikenal sebagai daerah di atas 26.000 kaki.
Baca Juga : Tak Bisa Berjalan, Warga Belitung Timur Berbobot 2 Kwintal Dibawa ke Rumah Sakit
Ketika tubuh manusia memasuki ketinggian ini, perlahan-lahan mulai mati.
Karena oksigen pada tingkat ini hanya sepertiga dari apa yang ada di permukaan laut, pendaki mungkin menemukan diri mereka menjadi lamban, bingung, dan lelah.
Tekanan itu membuat berat badan terasa sepuluh kali lebih berat dan menyebabkan tekanan ekstrem pada organ.
Karena efek yang parah ini, pendaki biasanya hanya memiliki waktu 48 jam di dalam Death Zone dan sangat disarankan untuk menggunakan oksigen tambahan setiap saat.