WIKEN.ID - Rutin olahraga lari memang banyak digemari karena memiliki segudang manfaat.
Selain memberikan kebugaran pada tubuh juga mudah dan murah dilakukan.
Riset membuktikan bahwa lari lebih efektif untuk menurunkan berat badan daripada sekadar jalan kaki.
"Ada banyak manfaat lari untuk kehidupan kita. Jika kita rutin melakukannya, maka kita mampu menangkal berbagai risiko penyakit di kemudian hari," ucap Mark Cucuzzella, profesor di West Virginia University School of Medicine mengutip dari Kompas.com.
Dari riset yang lain pun mengklaim, atlet lari rata-rata mempunyai harapan hidup tiga hingga enam tahun lebih lama.
Ada beberapa manfaat olahraga lari yang bisa kamu dapatkan jika rutin melakukannya, melansir dari Men's Health:
1. Mengurangi risiko diabetes
Semakin sering kita berlari, semakin banyak mitokondria penghasil energi yang tumbuh dalam sel kita.
Tentu saja ini juga memperkuat fungsi mitokondria.
Mitokondria memainkan peran penting dalam membantu tubuh mengubah glukosa menjadi energi, yang sebagian besar dilakukan dengan mengatur sekresi hormon insulin.
"Jadi, semakin banyak mitokondria, semakin baik tubuh mengatur gula darah dan menangkal diabetes tipe 2," kata Dr. Cucuzzella.
Riset yang dilakukan selama enam tahun oleh ilmuwan dari Laboratorium Nasional Lawrence Berkeley menemukan, pelari mampu menurunkan risiko diabetes sebesar 12 persen dibandingkan dengan mereka yang tak melakukan olahraga lari.
Bagi penderita diabetes, berlari dapat meningkatkan kontrol glukosa darah dan membuat kita lebih sehat.
Riset yang telah dilakukan selama satu dekade membuktikan, mereka yang melakukan olahraga lari, kecil kemungkinannya untuk mengalami risiko kematian akibat penyakit jantung, ginjal, sepsis dan pneumonia.
2. Memperkuat persendian
Banyak orang mengira melakukan olahraga lari sangat ebrbahaya untuk sendi di bagian lutut.
Namun menurut Dr. Metzl, gagasan tersebut sepenuhnya salah.
Faktanya, riset menunjukan pelari memiliki peluang lebih kecil terkena osteoartritis.
Menurut Dr. Metzl, gerakan saat berlari dapat memperkuat lutut dan pinggul.
Lari juga memperkecil tekanan pada sendi.
Riset juga menunjukan, lari dapat menurunkan bahan kimia penyebab inflamasi yang mengakibatkan penyakit sendi degeneratif.
3. Meningkatkan kemampuan otak
Dalam sebuah riset kecil yang diikuti orang dewasa muda, mereka yang melakukan lari interval selama tujuh minggu memiliki kebugaran dan fleksibilitas kognitif yang tinggi.
Riset juga mengungkap, olahraga treadmill selama 15 menit, meski dilakukan dengan kecepatan rendah, membantu meningkatkan kemampuan manusia dalam mengingat kata-kata dalam tes kognitif.
"Lari juga terbukti sebagai salah satu metode untuk mencegah alzheimer," ucap Dr. Metzl.
Berdasarkan temuan riset 2014, orang yang melakukan olahraga lari 25 kilometer per minggu mampu mengurangi ridiko kematian dini hingga 40 persen selama periode 11 tahun.
"Lari mampu meningkatkan level BDNF atau faktor neurotropik dari otak yang merangsang neuron baru," ucap Dr. Cucuzzella.
Lari juga mampu memperkuat koneksi saraf yang terkait dengan fungsi otak tingkat tinggi.
4. Memperkuat sistem kardiovaskular
Kita memang kerap menemui kasus kematian pada turnamen lari jarak jauh.
Tetapi secara keseluruhan, pelari reguler memiliki risiko kematian akibat penyakit jantung 30 persen lebih rendah selama periode 15 tahun.
Ini terbukti dari sebuah riset yang dilakukan dengan meneliti 55.000 orang.
Semakin sering kita melakukan olahraga lari dalam intensitas sedang hingga kuat, semakin rendah level biomarker yang terkait dengan penyakit jantung, termasuk senyawa inflamasi proterin C-reaktid dan interleukin-6.
Dibutuhkan kemampuan jantung yang kuat untuk memompa darah dengan baik ke seluruh tubuh.
Manusia juga memiliki 96.500 kilometer pembuluh darah yang harus berfungsi dengan baik agar mampu mendistribusikan nutrisi dan oksegen ke otot dan organ tubuh kita.
Namun, semua itu bisa kita maksimalkan dengan mempraktikan olahraga lari.
Pembuluh darah atlet lari yang berusia lanjut umumnya sama dengan orang-orang yang berusia setengah lebih muda darinya.
Lari juga membantu meningkatkan fungsi endotel alias kemampuan jaringan yang melapisi pembuluh darah untuk berkontraksi dan rileks dengan baik.
"Ini terjadi karena lari mendorong tubuh untuk memproduksi lebih banyak nitric oxide yang merupakan vasilidator kuat," ucap Dr. Cucuzzella.
5. Memperlambat proses penuaan
Tak sekadar meningkatkan harapan hidup, lari membuat kita mampu memperkuat kondisi kesehatan.
Dalam istilah medis, ini disebut dengan kompresi morbiditas.
Dalam riset yang dilakukan selama 21 tahun, pelari memiliki skor lebih tinggi dalam tes yang terkait dengan fungsi keteraturan harian daripada mereka yang nonpelari.
Berlari juga mampu menghambat proses penuaan.
Riset 2018 yang diterbitkan dalam European heart Journal membuktikan, latihan ketahanan - termasuk berlari - meningkatkan produksi enzim yang tisebut telomerase.
Berlari juga mampu meningkatkan panjang telomer, sekuens DNA yang menutup kromosom dan melindungi sel dari penurunan karena faktor usia.
6. Memperkecil risiko kanker
Dr. Metzl mengatakan, olahraga teratur dapat mengurangi risiko sekitar 13 jenis kanker.
Secara khusus, olahraga lari terbukti ampuh mengurangi risiko diagnosis baru dan meningkatkan prognosos penderita kanker.
Riset yang diterbitkan dalam Medicine & Science in Sports & Exercise membuktikan, mereka yang melakukan olahraga lari memiliki risiko 61 persen lebih rendah untuk terkena kanker, ginjal.
Bahkan, risiko terkena semua penyakit tersebut bisa diminimalisir lebih besar dengan melakukan olahraga lari lebih sering.
Riset dalam Journal of Cancer turut membuktikan, lari secara teratur membuay wanita dengan kanker payudara memiliki risiko lebih rendah meninggal akibat penyakit tersebut.
Lari juga mampu mengurangi risiko kematian akibat kanker otak.
Sayangnya, para ilmuwan masih berusaha menemukan hubungan yang tepat antara lari dan risiko tersebut.
Namun, mereka menyakini bahwa mengurangi kadar hormon esterogen dan insulin pasa pelari reguler memberi dampak besar dalam hal ini.
Teori lain yang didukung oleh penelitian pada hewan menyatakan, epinefrin yang dilepaskan sambil berlari merangsang produksi sel kekebalan pembunuh alami.
(*)
Baca Juga: Wajib Disimak, Tips Menjaga Stamina Saat Lari Jarak Jauh Supaya Tidak Cepat Lelah
Baca Juga: SImak Cara Mengetahui Lama Waktu Jogging Agar Optimal dalam Membakar Kalori
Baca Juga: Sering Kali Diabaikan, Berikut Posisi Tubuh yang Benar Agar Tidak Cedera Saat Olahraga Bersepeda