Agar tidak terlihat mencurigakan, Elizabeth akan memakamkan para korban dengan prosesi pemakaman dengan pendekatan agama.
Namun, hal ini tidak bertahan lama karena jumlah korban semakin banyak.
Pendeta menolak untuk melakukan tugasnya karena gadis-gadis yang meninggal ini tidak diketahui penyebab kematiannya.
Elizabeth mengancamnya agar ia tidak menyebarkan berita tentang kebiasaannya.
Mulai kehabisan alasan, Elizabeth tidak lagi mengubur jasad para korban, melainkan membuangnya secara asal ke beberapa lokasi seperti, sebuah ladang, sungai yang mengalir di belakang kastel, kebun sayur, dan lainnya.
Salah satu korban sempat melarikan diri dan menceritakannya kepada pihak berwenang tentang apa yang terjadi di kastel tersebut.
Raja Mátyás dari Hongaria pun memerintahkan sepupu Elizabeth sendiri, György Thurzo, Gubernur Provinsi untuk menyelidiki laporan tersebut.
Pada 30 Desember 1610, mereka mendatangi kastil dan melihat pemandangan yang mengerikan.
Di ruang utama, mereka menemukan seorang gadis yang telah mati dalam kondisi kehabisan darah.
Sedangkan yang masih hidup, pada tubuhnya terdapat lubang tusukan benda tajam.