Nur merupakan salah satu “pasiennya”. Mbah Dirgo, oleh penuturan warga sekitar, diketahui sebagai “orang pintar” yang kerap mengobati orang sakit.
Dari beberapa kali pertemuan itu, mulailah Nur menaruh hati yang kemudian disampaikan ke ayahnya Sukadi (63).
“Nur dan keluarga sempat menyampaikan maksudnya. Dan saya sempat heran kenapa mau menikah dengan saya. Waktu itu saya sarankan memilih pria lain yang lebih muda,” kata Mbah Dirgo.
Sementara, menurut Sukadi, ayah Nur, sejak menyandang status janda, anaknya itu sempat mengalami depresi karena bercerai.
Saat itu, Nur memilih berpisah karena tidak mendapat nafkah dari suami.
Waktu menikah, usianya masih sangat muda, 16 tahun. Karena depresi, Sukadi kemudian berusaha mengobati Nur dengan meminta bantuan Mbah Dirgo.
Benar saja, setelah beberapa kali melakukan pengobatan, Nur mulai merasa sehat.
“Anak saya lulusan SD. Dulu sehat-sehat saja. Namun, setelah bercerai, sering ngomong dan ketawa-ketawa sendiri,” ujar Sukadi.
Karena sering bertemu, buah-buah cinta muncul dimulai dari Nur.
Nur menyatakan ke orangtuanya untuk menentukan pasangan hidup.
Bagi Sukardi, ia tak mempersoalkan siapa pun jodohnya. Asalkan anaknya bahagia dan sehat, ia dan keluarga turut bahagia.
Sementara itu, Nur yang saat itu mendapat persetujuan orangtuanya kemudian mulai melangkah ke jenjang yang lebih serius untuk menikah.