Caenorhabditis elegans, nematoda mirip cacing kecil, hidu dalam kegelapan total di dalam tanah sehingga ilmuwan menduga bahwa mereka tidak bisa melihat atau merespons cahaya.
Namun, uji coba yang dilakukan oleh para ilmuwan di University of Michigan membuktikan bahwa elegans dapat merespons cahaya.
Para ilmuwan itu pun berhasil menemukan empat sel yang digunakan elegans untuk melihat cahaya.
Kupu-kupu swallowtail
Kupu-kupu swallowtail kuning Jepang dapat melihat dengan ujug belakangnya, bukan dengan mata.
Khususnya, mereka mempunyai dua neuron yang peka terhadap cahaya yang disebut fotoreseptor di perut mereka, tepat di sebelah alat kelamin.
Ilmuwan menemukan bahwa detektor cahaya ini penting juga untuk reproduksi dan aktivitas seksual kupu-kupu Swallowtail.
Bulu babi
Bulu babi merespons cahaya dengan berbagai cara mereka mungkin berubah warna, menggerakkan duri, atau bergera mendekati atau menjauhi cahaya.
Para ilmuwan telah mengetahuinya sejak lama, namun mereka tidak yakin bagaimana cara bulu babi mendeteksi cahaya karena tidak ada spesiesnya yang diketahui memiliki mata.
Dugaan terbaik adalah jaring saraf yang menyelimuti tubuh bulu babi mencakup beberapa jaringan peka cahaya yang menyebar.
Fakta menarik lainnya adalah bulu babi memiliki sistem visual yang jauh lebih terorganisir daripada yang diperkirakan.