Di usia 20 tahun itu, Caca mengabaikan diagnosis dokter.
Ia juga tak paham betul apa itu bipolar.
Menurut Caca, mereka yang lebih cenderung menggunakan otak kanan dalam berpikir adalah orang lebih bisa mengerti dirinya saat itu.
“Aku bertemu dengan lingkungan yang bagi mereka tuh bipolar bukan sakit dan mereka membuat aku merasa, aku enggak mengerikan. Mereka membuat aku merasa normal kalau aku nangis.
Sementara ketika bertemu orang-orang yang lebih cenderung otak kiri, Caca merasa dipandang berbeda.
“Mereka lihat orang ekspresif, bingung karena mereka enggak gitu. Ketika aku blak-blakan, terlalu terbuka, mereka enggak nyaman. Mungkin maksud mereka enggak begitu ya,” kata ibu satu anak ini.
Pemain sinetron Bidadari itu akhirnya lebih memilih bergaul dengan orang-orang yang mendukungnya dan mengerti kondisinya.
(*)