Pada 20 Maret 1847, Semmelweis menunjukkan pentingnya tangan yang bersih ketika dia ditunjuk sebagai Kepala Residen di Klinik Bersalin di Rumah Sakit Umum Wina.
Mulai sejak saat itu, dia mengharuskan semua dokter untuk mendisinfeksi tangan mereka dengan larutan kapur diklorinasi.
Sebelum Semmelweis datang ke rumah sakit itu, ada sebuah penyakit demam yang sedang marak dan mewabah di RS tersebut, yaitu "childbed fever".
Banyak ibu-ibu melahirkan yang meninggal karena mengalami infeksi yang disebut demam nifas atau pasca melahirkan tersebut.
Setelah membuat penelitian terkait cuci tangan ini, Semmelweis menyimpulkan bahwa penyebab infeksi yang diderita para ibu pasca melahirkan adalah karena dokter itu sendiri.
Dokter-dokter diketahui membawa penyakit menular di tangan mereka dari kamar operasi untuk menangani ibu melahirkan yang baru.
Baca Juga: Wajib Dicontoh Langkah Warga Singapura, 266 Kasus Virus Corona Dengan Tingkat Kematian Nihil
Alhasil penelitian dan inisiatif disinfeksi tangan milik Semmelweis membuahkan hasil yang signifikan.
Persentase kematian ibu postpartum atau pasca melahirkan pertamakalinya turun dari 18,27 menjadi 1,27.
Kemudian menurut catatan pada Encyclopaedia Britannica, pada Maret dan Agustus 1848 tidak ada wanita melahirkan lagi yang meninggal di rumah sakitnya.
Terlepas dari pertanyaan terkait apa korelasinya angka kematian dengan cuci tangan, rekan-rekan Semmelweis tidak menyangsikan atau menolak idenya tersebut.