Di era ekonomi digital ketika semua aspek kehidupan terhubung ke internet, kebutuhan akan IT Security pun kian meroket.
Sayangnya, kebutuhan mendesak ini tidak dapat dipenuhi oleh talenta yang ada. Studi yang dilakukan Cybersecurity Ventures memprediksi, ada 3,5 juta posisi terkait IT Security yang tidak terisi di seluruh dunia pada tahun 2021 nanti.
Ricky pun mengakui, mendapatkan talenta di bidang IT Security menjadi tantangan tersendiri.
Namun tantangan seperti ini bisa diatasi dengan tidak terpaku pada talenta yang sudah memiliki pengalaman di bidang IT Security.
“Di tim saya ada yang latar belakangnya memang IT Security, tapi ada juga yang developer, system admin, atau DevOps” cerita Ricky.
Yang penting, talenta tersebut memahami konsep dasar dari ilmu komputer.
“Jadi mereka harus memahami bagaimana sebuah code itu dibuat, vulnerability apa yang mungkin terjadi ketika code itu dibuat, lalu attack vector apa yang mungkin terjadi di tahapan production, dan lain sebagainya,” ungkap Ricky mencontohkan. Selain keterampilan teknis, seorang IT Security juga dituntut memiliki soft skills, utamanya di di sisi komunikasi.
Hal ini tidak lepas dari peran IT Security yang harus dapat menyakinkan stakeholder atas maksud dan tujuan sebuah langkah security.
Apalagi stakeholder di sebuah perusahaan itu bisa sangat beragam, mulai dari direksi, engineer, sampai customer.
“Jadi kita harus memiliki kemampuan untuk berbicara dengan “bahasa” berbeda antar stakeholder tersebut,” tambah Ricky.