Neneknya pun sudah pikun, sehingga keduanya hanya bisa berbaring di tempat tidur masing-masing.
Sementara Ibu Aan, sudah pergi meninggalkan keluarga setelah kejadian ayahnya lumpuh.
Dilansir dari kompas.com ayah Aan, Bahri, mengungkapkan bahwa ia lumpuh sudah sejak enam tahun yang lalu.
"Saya sudah enam tahun menderita lumpuh akibat kecelakaan kerja. Saat itu saya tertimpa batu bata, dan divonis patah tulang belakang. Beruntung Aan bisa merawat saya dan neneknya yang sekarang sudah pikun," kata Bahri di rumahnya Desa Bapangi, Kecamatan Panca Lautang, Kabupaten Sidrap, Sulawesi Selatan, Selasa (25/02/2020).
"Demi memenuhi kebutuhan sehari-hari Aan bekerja juga sebagai buruh di pembuatan batu bata," sambung Bahri saat Aan menyisir rambutnya.
Setelah selsai merawat dan membuatkan makan untuk sang ayah dan neneknya, Aan Nur Pratama pamit dan bergegas menuju tempatnya bekerja sebagai pengrajin batu bata.
Walaupun panas dan teriknya matahari tak menghalangi semangat AAn untuk mencari nafkan guna menghidupi keluarganya.
Bekerja mengeringkan batu bata setengah hari, sesekali Aan menyeka keringat demi diupah 30 ribu untuk biaya sekolah dan kebutuhan keluarga.
Sedangkan untuk makan, Aan mengandalkan pemberian dari pemilik usaha batu bata.
"Aan anaknya rajin dan telaten, dia mampu menjemur batu bata sebanyak 7.000 hingga 10.000 dalam setengah hari. Kadang jika Aan menjemur lebih dari biasanya terpaksa saya harus berhutang upah kepada Aan jika pesanan batu bata belum dibayar pelanggan," ungkap Ancu, Bos Aan.