Kabar tersebut langsung menjalar ke seluruh daerah hingga akhirnya banyak warga yang berbondong-bondong datang ke rumah Ponari untuk berobat.
Selang beberapa bulan kemudian, Ponari membuka praktek pengobatan dan mematok kontribusi tiket bagi pasien sebesar Rp 5.000.
Praktik pengobatannya dibanjiri ribuan pengunjung ikut memberi manfaat bagi warga desa dan sekitarnya.
Setelah secara ekonomi keluarga Ponari naik drastis.
Namun, dukun cilik bernama lengkap Muhammad Ponari Rahmatullah justru enggan ke sekolah saat itu hingga akhirnya tidak mengikuti ujian nasional.
Ponari pun akhirnya harus ikut program paket A
Pada tahun 2015, Ponari ikut ujian di program paket A dan berhasil lulus.
Setelah itu Ponari melanjutkan lagi ke sekolah Tsanawiyah (sekolah Islam setingkat SMP).
Keluarga menyebut hasil dari pengobatan Ponari sempat terkumpul uang Rp 1 miliar lebih.
Dengan uang sebanyak itu, Ponari mampu membangun rumah yang sangat layak, membeli dua bidang sawah seluas 2 hektar, sepeda motor, dan perabotan rumah tangga.