Saking malunya dengan mertua, Malih pernah melamun di pinggir rel kereta dan membulatkan tekadnya untuk meninggalkan sang anak dan istri.
Setelah berjalan hampir 3 jam menyusuri rel kereta, Malih pun pulang ke rumah orang tuanya di Jakarta.
Di sana ia menyampaikan keinginannya untuk berpisah dengan sang istri.
Mendengar ucapan sang anak, orang tua Malih pun marah dan mengantarkannya pulang kembali ke Depok saat itu juga.
Kini, rumah bersejarah Malih itu masih berdiri kokoh di dekat bisingnya laju kereta api.
Tak ada kesan mewah tampak dari yang pernah ditempati Malih ketika masih susah ini.
Bahkan Malih pun sempat mengeringkan aliran sungai di dekat rumahnya demi dapat menangkap ikan untuk di makan.
Bercat hijau dan kuning, rumah ini layaknya rumah adat khas betawi namun lebih sederhana.
Warnanya yang mentereng tampak kontras dengan rumah di sisi kanan dan kirinya.