Dilansir dari worldofbuzz.com, Christina Liew juga mengatakan bahwa pemerintah negara bagian Sabah memiliki rencana untuk menyuburkan telur Iman dengan badak jantan Indonesia dan menggantinya dengan badak betina lain.
Inilah yang menjadi alasan mengapa Nota Kesepahaman masih menunggu untuk ditandatangani.
Baca Juga: Tragis, Video Ini Perlihatkan Bayi Badak Berusaha Bangunkan Sang Ibu yang Tewas Ditembak Pemburu
Kematian Iman tidak hanya berarti kepunahan spesies di Malaysia, tetapi juga merupakan pertanda bagi manusia tentang bagaimana kita bertanggung jawab atas banyak spesies lain di dunia ini.
Upaya menuju konservasi spesies Badak Sumatera belum berakhir meskipun Iman telah mati.
Baca Juga: Tragis, Video Ini Perlihatkan Bayi Badak Berusaha Bangunkan Sang Ibu yang Tewas Ditembak Pemburu
Menurut Direktur Eksekutif Borneo Badak Alliance (Bora), Dr. Junaidi Payne, Malaysia dan afiliasinya di Jerman dan Italia, serta di Institut Pertanian Bogor, dapat membantu untuk kebangkitan badak Sumatera betina.
Proses itu melalui patologi reproduksi di mana telur dipanen dari badak hidup dan kultur jaringan dilakukan.
“Iman, Tam, Puntung dan Gelogob, empat Badak Sumatera terakhir masih hidup dalam kultur jaringan. Teknologi ini di sini untuk membuat telur dan sperma dari sel ini. Teknologi untuk memasukkan embrio spesies lain ke dalam rahim yang berbeda akan segera hadir bersama kita,” ucapnya.
Baca Juga: Kondisinya Sekarat dan Memprihatinkan, Begini Video Badak Setelah Culanya Dirampas oleh Pemburu Liar
Junaidi juga menyatakan kekecewaannya karena kurangnya tindakan yang diambil untuk mencegah kepunahan spesies ini.
Ia mengatakan kepada Harian Metro bahwa memisahkan program konservasi ke Sabah, Semenanjung Malaysia, Kalimantan Timur, Aceh dan Lampung, Indonesia adalah langkah yang sangat tidak bijaksana.