“Untuk mengalihkan perhatian saja. Bisa juga sambil zikir,” jelas Maia santai.
Satu demi satu jarum itu dimasukkan ke bawah kulit pipi kiri dan kanan Maia Estianty.
Menurut Maia, saat pipinya ditusuk dan dimasuki jarum, tentu saja rasanya sakit.
“Tapi sakitnya tidak seberapa, karena sebelumnya, kan, sudah dibius lokal,” ujar Maia yang mengaku mulai melakukan tindakan ini sejak 2008 dan melakukannya hanya sekali dalamsetahun.
“Awalnya memang ngeri. Terbayang, kan, wajah ditusuk-tusuk? Mungkin ada 20 kali ditusuk-tusuk, sudah seperti main debus. Tapi hanya sekilas saja, kok sakitnya, enggak seperti dioperasi yang bisa ber- hari-hari (sakitnya),” katanya lagi.
Maia Estianty pun menyanggah tujuannya mempercantik diri bukanlah demi mendapatkan jodoh.
“Enggak lah. Perempuan, kan, paling suka ngaca. Kalau pas ngaca terlihat ada ke- rutan, wah, itu artinya aku harus treatment lagi. Jadi aku melakukan ini bukan buat orang lain, melainkan buat aku sendiri. Demi kepuasan batin. Tapi kalau ada lelaki yang tertarik, ya, otomatis. Benar juga, kan?” kilah Maia sambil tersenyum.
“3D treatment ini merupakan terapi pertama di tahun 2014,” ujar Maia Estianty.
Setelah beberapa kali melakukan 3D treatment, Maia Estianty pun lama-kelamaan dapat memaklumi rasa sakit yang dirasakannya.
“Ya, beauty is pain. Kalau mau cantik, harus bersakit-sakit dulu. Tapi enggak cuma perempuan, kok, laki-laki juga banyak yang melakukan ini. Yang namanya umur, kan, enggak bisa dila- wan,” tukas Maia Estianty.