WIKEN.ID - Presiden ketiga Republik Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie atau dikenal dengan nama BJ Habibie meninggal dunia pada hari Rabu (11/9/2019) setelah dirawatintensif di rumah sakit diRSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.
Prof. Baharuddin Jusuf Habibie Dipl Eng. , merupakan Presiden RI di periode 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999.
Sebelumnya pernah menjabat wakil presiden, Menteri Riset dan Teknologi serta berbagai jabatan strategis lainnya semasa pemerintahan Presiden Soeharto.
B.J. Habibie merupakan anak keempat dari delapan bersaudara, pasangan Alwi Abdul Jalil Habibie dan R.A. Tuti Marini Puspowardojo.
Ayahnya yang berprofesi sebagai ahli pertanian yang berasal dari etnis Gorontalo, sedangkan ibunya dari etnis Jawa.
Alwi Abdul Jalil Habibie (Ayah dari BJ Habibie) memiliki marga "Habibie", salah satu marga asli dalam struktur sosial Pohala'a (Kerajaan dan Kekeluargaan) di Gorontalo.
Sementara itu, R.A. Tuti Marini Puspowardojo (Ibu dari BJ Habibie) merupakan anak seorang dokter spesialis mata di Jogjakarta.
Ayah dari ibu BJ Habibie yang bernama Puspowardjojo bertugas sebagai pemilik sekolah.
BJ Habibie lahir dan menghabiskan waktu di Parepare, Sulawesi Selatan, 25 Juni 1936.
Ada cerita menarik saat BJ Habibie saat masih bayi yang dikutip dari buku yang berjudul Rudy, Kisah Masa muda Sang Visionerdan ditulis oleh Gina S.Noer.
BJ Habibie lahir dengan tangis yang begitu kencang yang membuatnya ibunya kesusahan untuk meredakan tangisannya.
Tak hanya itu, saat masih bayi, BJ Habibie tak bisa diam dan selalu bergerak.
BJ Habibie kecil sukanya hanya tidur empat jam dalam sehari.
Jika tak tidur dan tidak digendong, ia selalu menangis.
Kondisi ini menyusahkan ibunya yang saat itu sedang mengandung adik BJ Habibie, mendiang Junus Efendi Habibie.
Saat itu, bapak dari BJ Habibie, Alwi Abdul Jalil Habibie jarang pulang ke rumah karena sibuk bekerja sebagai Landbouwconsulent atau setingkat kepala dinas pertanian di Parepare.
Ibu BJ Habibie pun akhirnya mencurahkan hatinya kepada suaminya perihal kondisi BJ Habibie.
"Rudy (BJ Habibie) itu lho, Koene, tak pernah bisa tidur!" keluh ibunya dalam Bahasa Belanda kepada Alwi Abdul Jalil Habibie.
"Tapi dia tidak sakit, kan?" tanya Alwi Abdul Jalil Habibie.
Bahkan kondisi BJ Habibie ini membuat saudaranya ikut prihatin dan menyarankan agar diperiksakan ke dokter agar tidak mengganggu kesehatan dan pertumbuhannya.
Baca Juga: Tidak Hanya Dipenuhi Taburan Bunga, Ada Origami Menhiasi Pusara Mendiang BJ Habibie
Pada awalnya, Alwi Abdul Jalil Habibie menganggap hal itu sebagai kejadian biasa hingga akhirnya istrinya menyadari ada hal yang berbeda dari Habibie kecil.
Ternyata, tangis BJ Habibie kecil yang biasanya kencang akan mereda diam saat mendengar ayahnya mengaji.
Sayup-sayup lantunan ayat suci Alquran yang dibaca Alwi Abdul Jalil Habibie di ruang sebelah, berhasil menenangkan BJ Habibie kecil.
Semua orang tak menyangka, sepanjang Alwi Abdul Jalil Habibie mengaji BJ Habibie kecil tak menangis sama sekali.
Namun, saat ayahnya selesai mengaji, BJ Habibie langsung menangis lagi.
Baca Juga: Kesederhanan BJ Habibie Saat Rayakan Ulang Tahun Perkawinan, Istrinya Terbaring Lemah di Rumah Sakit
Ibu BJ Habibie pun menyadari jika saat suaminya mengaji, anaknya berhenti menangis sehingga meminta suaminya harus sering mengaji.
Tetapi permintaan ini susah dipenuhi, mengingat suaminya harus kerja.
Jalan keluar adalah membeli piringan musik klasik dan ternyata cara itu sangat sangat membantu.
BJ Habibie kecil pun tak lagi menangis sepanjang musik klasik diperdengarkan di dekatnya.
Setelah beranjak ke usia 3 tahun, BJ Habibie pun tak lagi kerap menangis tetapi cerewet bertanya tentang segalanya.
Sejak berusia 2-3 tahun, BJ Habibie adalah anak yang selalu ingin tahu dan menanyakan segala sesuatu yang ditemui dan dilihat pada ayahnya.
Apapun dilihat, ingin ia diketahui penyebabnya dan kenapa begini kenapa begitu.
Ayahnya, Alwi Abdul Djalil Habibie, adalah yang pertama ditanya BJ Habibie.
Ayahnya pun selalu menjawab dengan serius tapi dengan cara yang sesederhana mungkin sehingga ia juga mengerti dan paham. (*)