GoJek hanya untuk orang miskin seperti di Jakarta.
GoJek tak menjamin masa depan anak muda, merusak anak muda," ucap Shamsubahrin Ismail.
Padahal GoJek sudah beroperasi di beberapa negara di Asia Tenggara antara lain Singapura, Vietnam dan Thailand.
Diberitakan harian lokal Malay Mail Jumat (23/8/2019), politisi dari Partai Islam Se-Malaysia (PAS) bahkan menyebut masuknya Gojek berpotensi meningkatkan angka pelecehan seksual.
“Gojek akan memicu terjadinya interaksi antara dua manusia berbeda jenis kelamin yang bertentangan dengan hukum Syariah,” bunyi pernyataan resmi Razali.
Terkait dengan pernyataan tersebut, massa yang berasal dari pengemudi ojek online mengancam akan mengepung Kedutaan Besar (Kedubes) Malaysia.
Dilansir dari akun instagram @makassar_iinfo, rencana pengepungan ini akan terjadi pada 3 September mendatang di Kedubes Malaysia di kawasan Kuningan.
"Jika tidak ada klarifikasi dari Dubes Malaysia di Jakarta dan permohonan maaf dari bos taksi di Malaysia dalam video yang merendahkan martabat kami, maka kami driver ojek online se-Indonesia akan kepung Kedubes Malaysia di Jakarta dan konjen-konjen Malaysia di seluruh NKRI," kata Presidium Garda Indonesia Igun Wicaksono dalam keterangan tertulisnya.
Alasannya ucapan itu dinilai merendahkan profesi pengemudi ojek online sekaligus warga negara Indonesia.