Dia merekrut guru terbaik yang bisa dia temukan, seorang ahli gizi datang untuk memberi anak-anak yang kekurangan gizi ini rencana makan.
Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, anak-anak ini tidak harus pergi untuk mengemis, bekerja di pabrik garmen atau menikah pada usia 12 tahun. Mereka memiliki harapan.
2008 tiba dan begitu pula resesi. Bisnis bangkrut, orang kehilangan pekerjaan dan amal menjadi hal yang tak masuk prioritas utama. Sekolah ditutup karena kurangnya dana.
Orang-orang dari komunitas yang dipekerjakan Maria di sekolah kehilangan pekerjaan dan harus kembali membuat ratusan pakaian sehari dan menjadi buruh harian.
Mimpi mendidik anak-anak tampaknya telah mati mendadak.
Maria, yang tidak mudah menyerah, memutuskan bahwa dia tidak akan menyerah pada apa yang telah dia mulai.
Dia meyakinkan sekolah swasta setempat untuk menerima anak-anak dan setuju untuk membayar uang sekolah mereka.
Untuk meningkatkan kesadaran tentang apa yang dia coba lakukan, dia pergi ke Kutub Utara untuk mengumpulkan sejumlah dana, tetapi tidak cukup.
Jadi, Maria berlatih dan menjadi wanita Portugis pertama yang mencapai puncak Everest.