WIKEN.ID-Pada kerusuhan 22 Mei lalu, terdapat satu video yang membuat siapapun merinding.
Video itu menampilkan sosok wanita misterius bercadar hitam dan membawa ransel.
Dalam video tersebut, ia terlihat mendekati barikade polisi dan sempat membawa geger lokasi kerusuhan tersebut.
Alasannya karena gerak-gerik wanita itu mencurigakan dan pihak kepolisian khawatir bahwa benda yang ada di ransel wanita tersebut adalah bom.
Tidak ingin kemungkinan buruk terjadi, polisi mengambil tindakan salah satunya dengan menghujaninya dengan gas air mata.
Wanita itu sempat berbalik menjauh dan peristiwa itu berhasil diabadikan oleh jurnalis ABC News Australia, David Lipson yang akhirnya diunggahnya dalam akun twitter pribadinya.
Dilansir dari tribunnews, Karopenmas Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo yang menyatakan bahwa perempuan itu membawa bom palsu.
"Membawa fake bom, seperti petasan," ujar Dedi di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (23/5/2019).
Ia turut mengatakan yang bersangkutan telah diamankan oleh Polda Metro Jaya dan tengah menjalani pemeriksaan lebih lanjut da nada sejumlah barang bukti yang disita, dari mulai satu buah buku tafsir, satu Al-Quran, satu air minum mineral dan satu botol obat.
Polisi akhirnya berhasil mendapatkan identitas pelaku.
Perempuan bercadar misterius itu bernama Dewi Mustika Rini (DM) dan warha Pesanggarahan, Jakarta Selatan.
"Memang dari dulu orangnya rada stress. Orang-orang yang lama tinggal di sini sudah tahu," kata Ali kepada TribunJakarta.com yang merupakan Ketua RT di tempat Dewi tinggal.
Ali juga mengatakan tidak tahu penyebab Dewi stress dan ia tahu bahwa warganya sering ikut pengajian.
"Memang dia juga pernah beberapa kali masuk rumah sakit jiwa (RSJ), tapi di Depok," lanjut dia.
Selain itu, perempuan tersebut diketahui telah berulang kali meminta cerai kepada suaminya.
"Tapi mungkin suaminya kasihan sama dua anaknya dan nggak tega lihat kondisi istrinya kayak gitu," tambahnya.
Ali juga mengatakan, perempuan berusia 32 tahun itu diketahui pernah meminta izin kepadanya untuk mengajarkan ilmu pengetahuan tentang Islam kepada warga sekitar.
Namun, permintaan itu ditolak oleh Ali karena suddah ada guru yang mengajar.
"Tapi saya tolak, saya bilang sudah ada gurunya. Orangnya saja seperti itu, masak mau ngajarin. Saya takut warga sini didoktrin atau apa," terang Ali.
Ali juga menambahkan bahwa Dewi sudah lama tidak tinggal di wilayahnya sudah 10 tahun lebih sejak punya anak pertama.
Sedangkan rumahnya sudah dikontrakkan pada orang lain, dan yang sering datang ke sana adalah suaminya untuk menagih uang kontrakan.
Tak hanya ketika peristiwa kerusuhan 22 Mei kemarin Dewi berhasil membuat situasi tegang di tengah kepungan anggota kepolisian.
Dikabarkan dari Tribunnews.com (23/5/2019), sebelumnya Dewi juga pernah membuat suasana tegang satu penumpang kereta api.
Pasalnya, ia tiba-tiba berteriak teriak mengaku berteman dengan teroris dalam gerbong kereta.
Hal itu disampaikan juga oleh Ali.
"Dia teriak-teriak temannya teroris di kereta. Saya tahu karena habis kejadian itu saya ditelepon Polda Metro Jaya. KTP-nya dia kan alamatnya di sini," kata Ali.
Setelah melangsungkan aksinya pada saat kerusuhan 22 Mei kemarin, Ali juga kembali dihubungi pihak Polda Metro Jaya.
"Saya ditelepon lagi sama Polda jam 01.00 pagi tadi gara-gara kasusnya kemarin," tuturnya.