WIKEN.ID - Olahraga lari terkesan olahraga yang sederhana dan mudah dilakukan.
Namun, tak jarang orang yang olahraga lari melupakan teknik pernapasan.
Teknik pernapasan yang tepat sangat penting untuk mendapatkan hasil yang maksimal.
Pelatih lari tersertifikasi RRCA, Marni Wasserman menjelaskan cara mempraktikkan pernafasan yang tepat bagi para pelari:
1. Bernafas melalui mulut
Marni yang juga merupakan pelatih di Mile High Run Club menjelaskan, pada dasarnya kita harus bernafas melalui mulut ketika berlari.
Alasannya, bernafas melalui mulut memungkinkan kita untuk mendapatkan lebih banyak udara masuk.
Selain itu, bernafas melalui hidung terlalu keras juga bisa mengeraskan otot-otot wajah, khususnya bagian rahang.
Padahal, kita selalu menginingkan rahang dalam kondisi tidak tegang.
Ketika bernafas melalui mulut, rahang akan membuka sehingga lebih bersifat renggang.
Meski begitu, bernafas melalui hidung juga tidak dilarang terutama jika hanya melakukan lari ringan.
Namun, usahakan membuang udara melalui mulut.
Ketika olahraga lari yang dilakukan cukup berat, bernafas melalui mulut cenderung lebih efisien untuk mendapatkan oksigen.
Tetapi, hal ini juga dipengaruhi kecepatan.
Marni menjelaskan, ketika kita lari dengan kecepatan lambat dan pernafasan hidung lebih terasa nyaman, maka lakukan lah.
Agar mulut tidak terasa kering ketika berlari, Marni menyarankan untuk mengaplikasikan sejenis lip balm atau permen karet untuk menjaga saliva.
Namun, ia mencatat bahwa tidak semua orang suka melakukannya dan memilih berhenti sejenak untuk minum air.
Selain itu, Marni mengatakan bahwa kondisi cuaca juga berdampak pada pernafasan.
Misalnya ketika suhu menurun drastis, maka kamu mungkin akan memilih bernafas dengan hidung.
"Jika di luar terlalu dingin, bernafas juga akan sulit karena udara dingin akan mengeras di paru-paru," kata Marni.
Bernafas melalui hidung memang bisa terasa sedikit hangat, namun udara yang masuk tidak sebanyak ketika bernafas melalui mulut.
"Lari di ruangan tertutup mungkin bisa terasa lebih hangat dan lebih mudah dilakukan," ujarnya.
2. Stabilkan nafas
Beberapa orang merekomendasikan agar nafas dilakukan dalam tiga atau dua hitungan.
Namun, Marni menyarankan setiap kliennya untuk membangun ritme nafas yang stabil, berapapun hitungannya.
Nafas bisa juga disesuaikan dengan langkah kaki.
Nafas yang stabil ketika lari sudah mencapai tahap berat sangatlah penting karena kondisi tersebut akan menjaga kita tetap fokus.
Namun, ketika kamu baru mulai berlari atau baru kembali memulai lari setelah berhenti lama, bernafaslah perlahan.
Pastikan ritme pernafasanmu baik terlebih dahulu.
"Bernafas terlalu terburu-buru bisa menyebabkan sakit tajam di bagian tulang iga," kata Marni. Kamu bisa juga menggabungkan lari dengan jalan kaki untuk menjaga pernafasanmu.
Misalnya, bisa dengan variasi tiga menit lari dan tiga menit jalan kaki. "Jika sudah terbiasa selama beberapa minggu, kamu akan menemukan durasi tersebut bisa lebih lama," ujarnya.
Namun, ketika kamu hanya melakukannlari ringan atau jogging namun sudah kehilangan nafas, artinya level kebugaranmu menurun dan kamu perlu berhenti.
Jangan ragu memeriksakan kondisimu sebelum kembali memulai lari.(*)
Baca Juga: Lebih Baik yang Mana, Olahraga Lari dengan Sepatu atau Tanpa Alas Kaki?