Enzy menyebut ada beberapa kemarahan dan kata-kata kasar ibunya yang tak bisa dilupakan sampai sekarang.
"Bule kampung"
Keluarga Enzy juga mengalami kesulitan finansial.
Sejak ayahnya pergi, Enzy serta ibu dan adiknya harus tinggal di rumah kontrakan.
"Jadi karena kondisi ekonomi keluarga terpuruk banget, aku sempat banget tinggal di rumah kontrakan, petakan, kalau aku ke sekolah harus naik angkot. Sedangkan teman aku kebanyakan anak orang kaya," tutur Enzy.
Baca Juga: Segudang Manfaat Lari Pagi Untuk Kesehatan Tubuh, Bisa Turunkan Risiko Penyakit Jantung!
Saat itu, Enzy bahkan merasa sangat malu lantaran sering disebut "bule kampung".
"Ada momen aku merasa malu. Di kompleks itu sering dikatain bule kampung. Sampai ada momen aku enggak mau bicara bahasa Inggris sama sekali. Aku juga enggak tahu kenapa aku diisengin, aku dilempar, dibully," lanjut Enzy sambil terisak.
Ingin mati
Menghadapi banyak tekanan, Enzy yang saat itu berusia 9 tahun bahkan ingin mati.
Namun kehadiran adiknya memberinya semangat baru.
"Aku juga beruntung punya adik aku. Jadi kayak adik aku penyelamat hidupku. Karena aku pikir dengan adanya dia aku jadi punya hope," ucap Enzy.