Akan tetapi mereka berpikir jika pandemi ini mungkin tidak akan mempengaruhi perjalanan pelayarannya.
"Pada bulan Februari kami mendengar ada virus di Tiongkok, tapi dengan sedikit informasi yang kami miliki, kami pikir setelah 25 hari berlayar dan tiba di Karibia pandemi itu sudah berakhir," kata Manighetti ke BBC seperti yang dikutip TribunTravel pada Sabtu (25/4/2020).
Selama 25 hari berlayar, mereka tidak memiliki akses internet sama sekali.
Jadi pasangan yang sedang menikmati keindahan alam Samudera Atlantik itu tidak bisa mengetahui kabar terkini tentang penyebaran virus corona (COVID-19).
Namun ketika kapal yang ditumpangi mencapai Pulau Bequia, Karibia, mereka baru mengetahui jika sejumlah pelabuhan menutup perbatasan.
"Kami pertama kali mencoba berlabuh di salah satu pelabuhan Karibia, tapi semua pelabuhan ditutup.
Saat itu kami berpikir mungkin ini tindakan pencegahan agar tidak menanggung risiko (terpapar virus corona)," sambung Osborne.
"Lalu kami membeli beberapa data internet dan langsung membuka berita.
Kami berdua shyok melihat beritanya," kata Manighetti.
Manighetti mengatakan, karena ia adalah warga negara Lombardy, Italia, pihak berwenang tak mengizinkannya mendarat karena dampak virus corona bisa saja berasal dari tempat asalnya.